BAB I - PowerPoint PPT Presentation

1 / 44
About This Presentation
Title:

BAB I

Description:

Sedangkan tegangan geser ialah tegangan yang bekerja sejajar dengan bidang pembebanan. – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:77
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 45
Provided by: ROCH46
Category:
Tags: bab | geser | tegangan

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: BAB I


1
  • BAB I
  • TEGANGAN DAN REGANGAN

1.1. Tegangan   Dalam mekanika bahan, pengertian
tegangan tidak sama dengan vektor tegangan.
Tegangan merupakan tensor derajat dua, sedangkan
vektor, vektor apapun, merupakan tensor derajat
satu. Besaran skalar merupakan tensor derajat
nol. Tensor ialah besaran fisik yang keadaannya
pada suatu titik dalam ruang, tiga dimensi, dapat
dideskripsikan dengan 3n komponennya, dengan n
ialah derajat tensor tersebut. Dengan demikian,
untuk persoalan tegangan tiga dimensi pada suatu
titik dalam ruang dapat dideskripsikan dengan 32
komponennya. Pada sistem koordinat sumbu silang,
tegangan tersebut adalah ?xx , ?yy , ?zz , txy ,
tyx , txz , tzx , tyz , dan tzy seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.1(a). Namun demikian,
karena txy tyx , txz tzx dan tyz
tzy , maka keadaan tegangan tersebut dapat
dinyatakan dengan enam komponennya, ?xx , ?yy ,
?zz , txy , txz , tyz. Sedangkan untuk tegangan
bidang, dua dimensi, pada suatu titik dapat
dideskripsikan dengan 22 komponennya, Gambar
1.1(b), dan karena tij tji untuk maka tiga
komponen telah dapat mendeskripsikan tegangan
bidang pada titik itu.
2
  • Pada dasarnya, tegangan secara garis besar dapat
    diklasifikasikan menjadi dua, yakni tegangan
    normal, dengan notasi sij , i j, serta
    tegangan geser dengan notasi tij , . Perhatikan
    penulisan pada paragrap di atas. Karakter indek
    yang pertama menyatakan bidang tempat bekerjanya
    gaya, sedangkan karekter indek yang kedua
    menyatakan arah bekerjanya vektor tegangan
    tersebut. Tegangan normal ialah tegangan yang
    bekerja tegak lurus terhadap bidang

3
  • pembebanan. Sedangkan tegangan geser ialah
    tegangan yang bekerja sejajar dengan bidang
    pembebanan. Jadi keenam tegangan yang
    mendeskripsikan tegangan pada suatu titik terdiri
    atas tiga tegangan normal, ?xx , ?yy , dan ?zz
    , serta tiga tegangan geser, txy , tyz , dan
    tzx. Nilai tegangan bisa positif dan bisa pula
    negatif. Tegangan bernilai positif bila tegangan
    tersebut bekerja pada bidang positif dengan arah
    positif, atau bekerja pada bidang negatif dengan
    arah negatif. Selain itu, nilainya negatif.
  • Besar tegangan rata-rata pada suatu bidang dapat
    didefinisikan sebagai intensitas gaya yang
    bekerja pada bidang tersebut. Sehingga secara
    matematis tegangan normal rata-rata dapat
    dinyatakan sebagai

 
i j (1a) tegangan
normal rata-rata (N/mm2 MPa) Fn gaya
normal yang bekerja (N) A luas bidang
(mm2) i, j sumbu koordinat pada sistem sumbu
silang, x, y, z
4
  • Sedangkan tegangan geser rata-rata dapat
    dinyatakan sebagai
  •  
  • (1b)
  • tegangan geser rata-rata (N/mm2 MPa)
  • Ft gaya tangensial atau sejajar bidang
    yang bekerja (N)
  • A luas bidang (mm2)
  • i, j x, y, z

Bila bidang yang menerima pembebanan tersebut
dipersempit sampai akhirnya mendekati nol, dalam
artian limit maka akan didapat tegangan pada
suatu titik. Sehingga secara matematis tegangan
normal pada suatu titik dapat dinyatakan i
j (2a)
5
  • Sedangkan tegangan geser pada suatu titik, secara
    matematis dapat dinyatakan sebagai
  • (2b)

 
 1.2. Regangan
6
  • Seperti halnya tegangan, regangan juga merupakan
    tensor derajat dua. Dengan demikian keadaan
    regangan ruang, tiga dimensi, pada suatu titik
    dapat dideskripsikan dengan kesembilan
    komponennya. Pada sistem koordinat sumbu silang,
    regangan tersebut adalah exx , eyy , ezz , gxy ,
    gyx , gxz , gzx , gyz , dan gzy , sebagaimana
    ditunjukkan pada Gambar 1.2(a). Regangan juga
    dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni
    regangan normal, dengan notasi eij , i j,
    serta regangan geser dengan simbul ?ij , .
    Sebagaimana dengan tegangan, gxy gyx , gxz
    gzx dan gyz gzy , maka keadaan regangan
    ruang pada suatu titik dapat dinyatakan oleh enam
    komponen, yakni exx , eyy , ezz , gxy , gyz ,
    gzx. Sedangkan regangan bidang, dua dimensi,
    dapat dideskripsikan dengan 22 komponennya, dan
    karena gij gji maka regangan bidang pada suatu
    titik dapat dideskripsikan dengan hanya tiga
    komponen, Gambar 1.2(b).

 
7
 
  • Regangan normal merupakan perubahan panjang
    spesifik. Regangan normal rata-rata dinyatakan
    oleh perubahan panjang dibagi dengan panjang
    awal, atau secara matematis dapat dituliskan
  •  
  • , i j (3)

8
  •   regangan normal rata-rata
  • Dl u perubahan panjang pada arah (mm)
  • l panjang awal pada arah (mm)
  • i, j sumbu koordinat pada sistem sumbu
    silang, x, y, z.
  •  
  • Sedangkan regangan geser merupakan perubahan
    sudut dalam radial. Regangan geser bernilai
    positif bila sudut pada kuadran I dan atau
    kuadran III pada sistem koordinat sumbu silang
    mengecil, Gambar 1.3(a), sedangkan selain itu
    bernilai negatif.

1.3. Transformasi Tegangan Bidang   Tegangan
dapat ditransformasi dari suatu set sumbu
koordinat ke set sumbu koordinat lainnya. Dengan
transformasi pula dapat dicari set sumbu
koordinat pada suatu titik yang memberikan
tegangan utama dari kondisi tegangan yang telah
diketahui di titik itu. Yang dimaksud dengan
tegangan utama ialah tegangan yang hanya memiliki
nilai tidak nol untuk tegangan normal saja,
sedangkan nilai tegangan gesernya nol. Dengan
demikian juga dimungkinkan transformasi tegangan
dari sistem koordinat sumbu silang (x, y, z),
Gambar 1.4(a), ke sistem koordinat polar (r, q,
z), Gambar 1.4(b).
9
 
  • Transformasi tegangan bidang berdasarkan pada
    keseimbangan gaya-gaya yang bekerja pada elemen.
    Perhatikan Gambar 1.5(b) berikut.

10
  •  (1.4a)

11
  • Dengan memasukkan harga (90o q) untuk harga q
    pada persamaan (1.4a), sehingga dengan
    identitas-identitas


akan didapat   (1.4b)
(1.4c)
12
  • Dengan substitusi identitas trigonometri,
    persamaan (1.4a, b, c) bisa ditulis
  • (1.5a)
  •  
  • (1.5b)
  •  
  • (1.5c)

1.4. Transformasi Regangan Bidang Perhatikan
Gambar 1.6(a) pada halaman berikut. Elemen OABC
pada keadaan awal tanpa beban, lalu mengalami
deformasi dan distorsi menjadi OABC akibat
mendapat beban sxx , syy dan txy. Analisis
transformasi regangannya ditunjukkan pada Gambar
1.6(b, c, d) yang berturut-turut untuk regangan
normal arah sumbu x, regangan normal arah sumbu y
serta regangan geser pada bidang xy. Dari Gambar
1.6(b) didapat
13
  • Dari Gambar 1.6(c) akan didapat
  • Dan dari Gambar 1.6(d) diperoleh

14
 
  • Dengan demikian total perubahan panjang dx
    akibat adanya regangan pada sistem koordinat
    awalnya adalah
  •  
  • Dx Dx1 Dx2 Dx3
  • Sedangkan

15
  •  
  • Sehingga
  • (1.6a)
  •  
  • Selanjutnya, ey dapat diperoleh dengan
    mensubstitusikan harga (90o q) untuk harga q
    pada persamaan (1.6) di atas, kemudian
    menerapkan identitas trigonometri. Sehingga akan
    didapat

(1.6b)
 Analisis transformasi regangan gesernya
ditunjukkan pada Gambar 1.7 di bawah.
Sebagaimana pada regangan normal, dalam hal ini
perubahan regangan geser oleh masing-masing
regangan yang terjadi ditinjau satu per satu.
Pada analisis ini, panjang dx dibagi dua oleh
sumbu y menjadi dx1 dan dx2.
16
  •  
  • Dari Gambar 1.7 didapat dan
  • Selanjutnya perhatikan Gambar 1.7(a), akibat
    terjadinya deformasi normal pada arah sumbu x
    saja.

 
17
 
  • Gambar. 1.7. Transformasi Regangan Geser
  •  
  • Akibat deformasi normal arah sumbu y saja
    seperti ditunjukkan pada Gambar 1.7(b) akan
    diperoleh

18
 
  • Sedangkan dari Gambar 1.7(c), akibat terjadinya
    regangan geser saja, akan didapat

19
  • Dengan demikian akan diperoleh besarnya regangan
    geser pada set sumbu koordinat yang baru, sebagai
    berikut

...(1.6c)
Selanjutnya, dengan menggunakan identitas
trigonometri persamaan-persamaan (1.6a, b, c)
dapat ditulis dalam bentuk lain sebagai berikut
(1.7a) (1.7b) (1.7c)
20
  • 1.5. Tegangan dan Regangan Utama (Principal
    Stress and Strain) serta Tegangan dan Regangan
    Geser Maksimum
  •  
  • Tegangan Utama (Principal Stress) dan Tegangan
    Geser Maksimum

Tegangan Utama (principal stress) adalah
tegangan normal yang terjadi pada set sumbu
koordinat baru setelah transformasi yang
menghasilkan tegangan geser nol.
Tegangan-tegangan tersebut ditunjukkan sebagai
s1 dan s2 pada Gambar 1.10. Perlu dicatat
bahwa s1 selalu diambil lebih besar dari s2.
Sudut transformasi yang menghasilkan tegangan
utama tersebut dengan sudut utama (principal
angle). Secara analitik, besar tegangan utama
dan sudut utama dapat diturunkan dari
persamaan-persamaan (1.5a, b, c). Menurut
pengertian tentang tegangan utama, dari persamaan
(1.5c) akan didapat
21
  • atau
  •  
  • (1.8)
  •  
  • Dari persamaan di atas dapat dilukiskan
    segitiganya sebagai berikut

 
Dengan substitusi harga-harga sin 2q dan cos
2q pada gambar di atas ke persamaan (1.5a) akan
didapat
22
  • Sehingga
  •  
  • Substitusi dan penerapan prosedur yang sama
    terhadap persamaan (1.5b), akan didapat

Dengan mengingat bahwa secara matematik haruslah
?1 ? ?2 , maka kedua persamaan tersebut di atas
dapat dituliskan menjadi satu dengan
23
  •   (1.9)
  •  
  • Selanjutnya, perhatikan persamaan (1.5c). Untuk
    suatu titik dan jenis pembebanan tertentu dari
    suatu bagian konstruksi, harga-harga sxx , syy
    dan txy adalah tetap atau konstan, sehingga
    txy merupakan suatu fungsi q, atau txy
    f(q). Harga ekstrim fungsi tersebut akan
    diperoleh bila turunan pertama fungsi tersebut
    terhadap q sama dengan nol. Jadi

 
atau   (1.10)   Dari persamaan di atas dapat
dilukiskan segitiganya sebagai berikut
24
 
  • Dengan substitusi harga-harga sin 2q dan cos
    2q pada gambar di atas ke persamaan (1.5c) akan
    didapat

25
  • Sehingga
  •  
  •  
  • Persamaan (1.10) juga dipenuhi bila panjang
    sisi di depan sudut 2q adalah (sxx - syy) dan
    panjang sisi di sampingnya adalah -2txy.
    Kondisi ini akan memberikan

 
 
Dengan demikian kedua persamaan tersebut dapat
dituliskan menjadi satu sebagai (1.11)   Regan
gan Utama dan Regangan Geser Maksimum
26
  • Sebagaimana pengertian tentang tegangan utama,
    maka regangan utama (principal strain) adalah
    regangan normal yang terjadi pada set sumbu
    koordinat baru setelah transformasi yang
    menghasilkan setengah regangan geser nol.
    Regangan-regangan tersebut ditunjukkan sebagai
    e1 dan e2 pada Gambar 1.11. Demikian juga, e1
    selalu diambil lebih besar dari e2 , serta
    sudut transformasinya juga disebut sudut utama
    (principal angle). Secara analitik, dengan
    penerapan prosedur yang sama dengan yang
    diterapkan untuk persamaan-persamaan (1.7a, b,
    c), maka akan didapat hasil-hasil berikut.

 
(1.12a)   (1.12b) qp sudut utama e1,2
regangan-regangan utama gxy 2exy regangan
geser
27
  • (1.13a)
  •  
  • (1.13b)
  •  
  • qmax sudut regangan geser maksimum
  • gxy 2exy regangan geser

1.6. Lingkaran Mohr untuk Tegangan Bidang dan
Regangan Bidang   Lingkaran Mohr diperkenalkan
oleh seorang insinyur Jerman, Otto Mohr
(1835-1913). Lingkaran ini digunakan untuk
melukis transformasi tegangan maupun regangan,
baik untuk persoalan-persoalan tiga dimensi
maupun dua dimensi. Yang perlu dicatat adalah
bahwa perputaran sumbu elemen sebesar q
ditunjukkan oleh perputaran sumbu pada lingkaran
Mohr sebesar 2q, .dan sumbu tegangan geser
positif adalah menunjuk ke arah bawah.
Pengukuran dimulai dari titik A, positif bila
berlawanan arah jarum jam, dan negatif bila
sebaliknya. Pada bagian ini kita hanya akan
membahas lingkaran Mohr untuk tegangan dan
regangan dua dimensi.
28
  • Lingkaran Mohr untuk Tegangan Bidang
  • Pada persamaan (1.5a), bila suku
    dipindahkan ke ruas
  • kiri dan kemudian kedua ruasnya dikuadratkan,
    maka akan didapat
  • (1.14a)
  • Sedangkan pada persamaan (1.5c), bila
    dikuadratkan akan didapat
  •  
  • (1.14b)
  •  Penjumlahan persamaan-persamaan (1.14a) dan
    (1.14b) menghasilkan
  • (1.15)
  • Persamaan (1.15) merupakan persamaan lingkaran
    pada bidang st yang pusatnya di dengan
    jari-jari . Lingkaran tersebut ditunjukkan pada
    Gambar 1.8 di bawah ini, yang dilukis dengan
    prosedur sebagai berikut

 
29
  • 1. Buatlah sumbu sij , horisontal.
  • 2. Periksa harga tegangan normal, sxx atau syy
    , yang secara matematis lebih kecil. Bila
    bernilai negatif jadikanlah tegangan tersebut
    sebagai titik yang mendekati tepi kiri batas
    melukis, sedangkan bila positif maka titik
    yang mendekati batas kiri adalah titik sij
    0.
  • 3. Periksa harga tegangan normal, sxx atau syy
    , yang secara matematis lebih besar. Bila
    bernilai positif jadikanlah tegangan tersebut
    sebagai titik yang mendekati tepi kanan batas
    melukis, sedangkan bila negatif maka titik yang
    mendekati batas kanan adalah titik sij 0.
  • 4. Tentukan skala yang akan digunakan sehingga
    tempat melukis bisa memuat kedua titik tersebut
    dan masih tersisa ruangan di sebelah kiri dan
    kanannya. Tentukan titik-titik batas tersebut
    sesuai dengan skala yang telah ditentukan.

 
30
  • 5. Tentukan letak titik-titik sij 0 dan sumbu
    t, serta sij terkecil dan sij terbesar bila
    belum terlukis pada sumbu sij .
  • 6. Bagi dua jarak antara tegangan terkecil dan
    tegangan terbesar sehingga diperoleh pusat
    lingkaran, P.
  • 7. Tentukan letak titik A pada koordinat (sij
    terbesar , txy ).
  • 8. Lukis lingkaran Mohr dengan pusat P dan
    jari-jari PA.
  • 9. Tarik garis dari A melalui P sehingga
    memotong lingkaran Mohr di B. Maka titik B
    akan terletak pada koordinat (sij terkecil , txy
    ). Garis AB menunjukkan sumbu asli, q 0,
    elemen tersebut.

 
Contoh 1.1 Sebuah elemen dari bagian konstruksi
yang dibebani, menerima tegangan tarik pada arah
sumbu x sebesar 280 MPa, tegangan tekan pada
arah sumbu y sebesar 40 MPa serta tegangan
geser pada bidang tersebut sebesar 120 MPa.
31
  • Diminta a. Lukisan lingkaran Mohr.
  • b. Besar rotasi mengelilingi sumbu z untuk
    mendapatkan tegangan geser maksimum, menurut
    lingkaran Mohr. Periksa hasil tersebut dari
    persamaan (1.10).
  • c. Besar tegangan geser maksimum menurut
    lingkaran Mohr. Periksa hasil tersebut
    dengan rumus (1.11) dan hasil yang didapat
    pada b. di atas.
  • d. Besar perputaran mengelilingi sumbu z
    untuk mendapatkan tegangan geser bernilai
    nol, menurut lingkaran Mohr. Periksa hasil
    ini dengan persamaan (1.8).
  • e. Besar tegangan-tegangan utama menurut
    lingkaran Mohr. Periksa hasil tersebut
    dengan persamaan-persamaan (1.9) dan dari
    hasil pada pada d. di atas.

 
32
  • Penyelesaian
  • a. Lingkaran Mohr
  • 1) Buat sumbu sij , horisontal.
  • 2) Tegangan normal terkecil, syy -40 MPa,
    negatif, sehingga digunakan sebagai titik di
    dekat batas kiri.
  • 3) Tegangan normal terbesar sxx 280 MPa,
    positif, sehingga digunakan sebagai titik di
    dekat batas kanan.
  • 4) Diambil skala 1cm 40 MPa. Kemudian
    ditentukan titik syy - 40 MPa di sebelah
    kiri, dan sxx 280 MPa di sebelah kanan yang
    berjarak (sxx syy) dari titik syy di
    sebelah kiri.
  • 5) Lukis sumbu t yang berjarak 40 MPa di
    sebelah kanan titik syy .
  • 6) Dengan membagi dua sama panjang jarak syy ke
    sxx akan didapat titik P.
  • 7) Menentukan letak titik A pada koordinat (sxx
    , txy ) (280,120).
  • 8) Dengan mengambil titik pusat di P dan
    jari-jari sepanjang PA, lingkaran Mohr dapat
    dilukis.
  • 9) Dengan menarik garis dari A lewat P yang
    memotong lingkaran Mohr di B, akan didapat
    kedudukan titik (syy , txy ) (-40,120).

 
33
 
  • Gambar 1.8. Lingkaran Mohr untuk Tegangan Bidang
  •  
  • b. Besar rotasi mengellilingi sumbu z menurut
    lingkaran Mohr, dengan mengukur, didapat
  • qmax 0,5 x 2 qmax 0,5 x (-53o) 26o 30.
  • Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
  • tan 2qmax - (280 40) / (2 x 120) -
    4/3
  • 2qmax - 53o 08 atau qmax - 26o 34

34
  • c. Besar tegangan geser maksimum menurut
    lingkaran Mohr
  • tmax 5 x 40 MPa 200 MPa.
  • Sedangkan menurut persamaan (1.11) akan didapat
  • d. Besar rotasi mengellilingi sumbu z menurut
    lingkaran Mohr, dengan mengukur, didapat
  • qp 0,5 x 2qp 0,5 x 37o 18o 30.
  • Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
  • tan 2qp (2 x 120) / (280 40) 3/4
  • 2qp - 36o 52 atau qmax - 18o 26
  • e. Besar tegangan-tegangan utama menurut
    lingkaran Mohr
  • s1 8 x 40 MPa 320 MPa.
  • s2 -2 x 40 MPa -80 MPa.
  • Sedangkan menurut persamaan (1.11) akan didapat

 
35
  • Lingkaran Mohr untuk Regangan Bidang
  • Pada persamaan (1.7a), bila suku
    dipindahkan ke ruas kiri
  • dan kemudian kedua ruasnya dikuadratkan, maka
    akan didapat
  •  
  • (1.16a)
  • Sedangkan pada persamaan (1.7c), bila
    dikuadratkan akan didapat
  •  
  • (1.16b)
  •  
  • Penjumlahan persamaan-persamaan (1.16a) dan
    (1.16b) menghasilkan

36
  • (1.17)
  • Persamaan (1.17) merupakan persamaan lingkaran
    pada bidang
  • yang pusatnya di dengan jari-jari
  • Lingkaran tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.9 di
    bawah ini, yang dilukis dengan prosedur
    sebagaimana melukis lingkaran Mohr untuk tegangan
    dengan mengganti sxx , syy dan txy
    berturut-turut menjadi exx , eyy dan gxy / 2.
    Penerapannya, lihat Contoh 1.2 pada halaman 21.

 
1.7. Hubungan Antara Tegangan Dengan
Regangan   Untuk deformasi normal, geser maupun
gabungan keduanya, hubungan antara tegangan dan
regangan untuk bahan-bahan isotropis pada
pembebanan dalam batas proporsional diberikan
oleh hukum Hooke. Jadi hukum Hooke tidak berlaku
untuk pembebanan di luar batas proporsional.
Hukum Hooke diturunkan dengan berdasarkan pada
analisis tentang energi regangan spesifik.
37
  • Apabila besar tegangan-tegangannya yang
    diketahui, maka hukum Hooke untuk
    persoalan-persoalan tiga dimensi, hubungan antara
    tegangan normal dengan regangan normal dapat
    dituliskan secara matematis sebagai berikut
  • (1.18)
  • Dengan E dan v berturut-turut adalah modulus
    alastis atau modulus Young dan angka perbandingan
    Poisson. Sedangkan pada deformasi geser untuk G
    adalah modulus geser , hubungannya adalah
  • (1.19)

 
38
  • Sedangkan untuk mencari tegangan normal yang
    terjadi bila regangan normal dan sifat-sifat
    mekanis bahannya diketahui, digunakan
    persamaan-persamaan
  • (1.20)
  • Selanjutnya untuk deformasi geser, bentuk hukum
    Hooke adalah
  • (1.21)

 
39
  • Persamaan-persamaan (1.18) sampai dengan (1.21)
    dapat juga diberlakukan untuk persoalan-persoalan
    dua dan satu dimensi, yakni dengan memasukkan
    harga nol untuk besaran-besaran di luar dimensi
    yang dimaksud.

 
Contoh 2 Pembebanan seperti pada Contoh 1,
untuk bahan dengan sifat-sifat mekanis modulus
Young, E 200 GPa dan angka perbanding-an
Poisson, n 0,29. Modulus geser ditentukan
dengan, G E / 2(1 n). Diminta a.
Hitunglah regangan-regangan yang terjadi. b.
Lukisan lingkaran Mohr untuk regangan yang
terjadi. c. Besar rotasi mengelilingi sumbu
z untuk mendapatkan regangan geser maksimum,
menurut lingkaran Mohr. Periksa hasil
tersebut dari persamaan (1.10). d. Besar
regangan geser maksimum menurut lingkaran
Mohr. Periksa hasil tersebut dengan rumus
(1.11) dan hasil yang didapat pada b. di
atas.
40
  • e. Besar perputaran mengelilingi sumbu z
    untuk mendapatkan regangan geser bernilai
    nol, menurut lingkaran Mohr. Periksa hasil
    ini dengan persamaan (1.8).
  • f. Besar regangan-regangan utama menurut
    lingkaran Mohr. Periksa hasil tersebut
    dengan persamaan- persamaan (1.9) dan dari
    hasil pada pada d. di atas.

Penyelesaian a) Dari persamaan (1.18) dan
(1.19) akan didapat b. Lingkaran
Mohr 1) Buat sumbu eij horisontal. 2)
Regangan normal terkecil, eyy -606me, sehingga
merupakan titik di dekat batas kiri.
41
  • 3) Regangan normal terbesar exx 1458me,
    sehingga merupakan titik di dekat batas
    kanan.
  • 4) Diambil skala 1cm 250me. Kemudian
    ditentukan titik eyy -606me di sebelah
    kiri, exx 1458me di sebelah kanan dan
    berjarak (exx eyy) dari titik eyy di sebelah
    kiri.
  • 5) Lukis sumbu t yang berjarak 606me di
    sebelah kanan titik eyy .
  • 6) Dengan membagi dua sama panjang jarak eyy
    ke exx akan didapat titik P.
  • 7) Menentukan letak titik A pada koordinat
    (exx , exy ) (1458,774).
  • 8) Dengan mengambil titik pusat di P dan
    jari-jari sepanjang PA, lingkaran Mohr
    dapat di-lukis.
  • 9) Dengan menarik garis dari A lewat P yang
    memotong lingkaran Mohr di B, akan di dapat
    kedudukan titik (eyy , exy ) (-606,-774).

 
42
 
43
  • c. Besar rotasi mengelilingi sumbu z menurut
    lingkaran Mohr, dengan mengukur, didapat
  • qmax 0,5 x 2 qmax 0,5 x (-53o) 26o
    30.
  • Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
  • tan 2qmax - (1458 606) / (2 x 774)
    - 4/3
  • 2qmax - 53o 08 atau qmax - 26o 34
  •   d. Besar regangan geser maksimum menurut
    lingkaran Mohr
  • exy-max 5,2 x 250me 1300me.
  • Sedangkan menurut persamaan (1.11) akan
    didapat
  • e. Besar rotasi mengellilingi sumbu z menurut
    lingkaran Mohr, dengan mengukur, didapat
  • qp 0,5 x 2qp 0,5 x 37o 18o 30.
  • Sedangkan menurut persamaan (1.10) didapat
  • tan 2qp (2 x 120) / (280 40) 3/4
  • 2qp - 36o 52 atau qmax - 18o 26

 
44
  • f. Besar regangan-regangan dasar menurut
    lingkaran Mohr
  • e1 6,9 x 250me 1725me.
  • e2 -3,5 x 250me -875me
  • Sedangkan menurut persamaan (1.11) akan
    didapat
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com