Rancangan dan Prinsip dasar Penelitian Farmakoepidemiologi - PowerPoint PPT Presentation

1 / 67
About This Presentation
Title:

Rancangan dan Prinsip dasar Penelitian Farmakoepidemiologi

Description:

Rancangan dan Prinsip dasar Penelitian Farmakoepidemiologi Data sources Spontaneous reporting systems Ad-hoc studies Health Care data Medicaid General ... – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:1017
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 68
Provided by: 638355
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: Rancangan dan Prinsip dasar Penelitian Farmakoepidemiologi


1
Rancangan dan Prinsip dasar PenelitianFarmakoepid
emiologi
2
(No Transcript)
3
Hypothesis generating
Hypothesis strengthening
Hypothesis testing
4
Prospective vs. Retrospective Studies
EventsUnder Study
Time
5
Options in Research Design
  • Analytic Studies
  • Experimental Study
  • Prospective Cohort Study
  • Retrospective Cohort Study
  • Case-Control Study
  • Descriptive Studies
  • Analyses of Secular Trends
  • Case Series
  • Case Reports

6
Factor
Cohort Studies
7
1. Laporan kasus
  • Laporan kasus mendeskripsikan seorang pasien yang
    mengkonsumsi obat, kemudian mengalami efek
    samping.
  • Contoh, sebuah publikasi melaporkan seorang
    wanita muda mengkonsumsi kontrasepsi oral dan
    menderita embolisme paru.
  • Laporan kasus berguna untuk menyusun hipotesis
    tentang efek samping suatu obat, untuk kemudian
    diuji dengan rancangan studi yang lebih teliti.

8
1. Laporan kasus
  • Dalam laporan kasus tidak dapat dipastikan bahwa
    efek samping yang terjadi memang karena konsumsi
    obat atau karena sebab lain, sehingga jarang
    digunakan untuk membuat hubungan sebab akibat.
  • Kecuali jika efek samping sangat jarang atau
    sangat khusus, contoh kasus adenocarcinoma sel
    vagina terjadi pada wanita muda yang mengkonsumsi
    dietilstilbestrol.

9
1. Laporan kasus
  • Laporan kasus dapat digunakan untuk
    mendokumentasikan hubungan sebab akibat jika
    terapi menyebabkan perubahan pada penyakit,
    contoh pasien yang kembali pada kondisi
    sebelumnya jika terapi dihentikan, dapat diterapi
    kembali untuk mendapatkan efek.
  • Pasien yang overdosis metadon mengalami comatose,
    diterapi nalokson (antagonis narkotik).
  • Bila nalokson dihentikan pasien mengalami
    comatose lagi, dan sembuh setelah diberikan
    nalokson lagi, menunjukkan bahwa nalokson benar
    suatu antagonis narkotik.

10
2. Seri kasus
  • Seri kasus merupakan data klinis sekumpulan
    pasien dengan terapi tunggal.
  • Data dapat diperoleh dari satu tempat pelayanan
    kesehatan, atau dari sekumpulan pasien dengan
    kasus yang sama.
  • Contoh pengamatan terhadap 100 wanita di bawah 50
    tahun yang menderita embolisme paru, ditemukan 30
    di antaranya menggunakan kontrasepsi oral.

11
2. Seri kasus
  • Setelah pemasaran obat, seri kasus sangat berguna
    untuk menghitung kejadian efek samping, dan
    memastikan bahwa efek samping tidak terjadi pada
    populasi yang lebih besar dibanding sampel pada
    studi pra-marketing.
  • Studi ini merupakan studi pengawasan
    post-marketing fase IV.
  • Contoh, dilakukan studi fase IV terhadap
    prazosin, seterlah dilaporkan menimbulkan efek
    samping.

12
2. Seri kasus
  • Selain itu studi fase IV juga bisa dilakukan
    karena kejadian efek samping dari obat yang
    segolongan.
  • Metiamide (H2 bloker) ditarik dari peredaran
    karena menyebabkan agranulositosis.
  • Karena simetidin mempunyai struktur mirip
    metiamid, perlu dilakukan studi fase IV untuk
    mengetahui apakah simetidin juga menyebabkan
    agranulositosis.

13
2. Seri kasus
  • Pada studi tipe ini, dengan tidak adanya kelompok
    kontrol, tidak dapat dipastikan deskripsi pasien,
    lebih cenderung pada paparan atau luaran.
  • Misalnya studi yang dilakukan terhadap 100 orang
    pasien RS Veteran dengan penyakit tertentu, di
    mana sebagian besar pasien berusia 60 tahun,
    dapat diperkirakan bahwa penyakit ini akan
    berhubungan dengan kondisi pada usia di atas 60
    tahun.
  • Jadi seri kasus tidak terlalu berguna untuk
    menentukan hubungan sebab akibat, tapi memberikan
    deskripsi klinis tentang penyakit atau pasien
    yang mendapatkan terapi.

14
Case Reports Case Series Cerivastatin (Baycol),
an effective and inexpensive lipid lowering drug,
was introduced in 1997. It was removed from the
market in 2001 because of reports of fatal cases
muscle breakdown (rhabdomyolysis).
15
3. Analisis kecenderungan sekuler
  • Analisis kecenderungan sekuler disebut juga studi
    ekologi, menguji kecenderungan obat yang diduga
    sebagai penyebab dan kecenderungan penyakit yang
    diduga sebagai akibat dan menguji apakah
    kecenderungan tersebut tepat.
  • Kecenderungan ini dapat ditentukan antar waktu
    atau antar lokasi.

16
3. Analisis kecenderungan sekuler
  • Peran statistik sangat penting dalam studi ini.
  • Contoh perbandingan antara jumlah penjualan
    kontrasepsi oral dengan tingkat kematian akibat
    tromboembolisme vena, harus diperhatikan bahwa
    tingkat kematian akibat tromboembolisme vena akan
    meningkat secara paralel dengan peningkatan
    penjualan kontrasepsi oral hanya pada wanita usia
    reproduksi, bukan pada wanita geriatri atau pada
    pria.

17
3. Analisis kecenderungan sekuler
  • Studi ini tidak dilakukan terhadap data
    individual sehingga hubungan tidak langsung tidak
    dapat dikontrol.
  • Contoh, tingkat kematian akibat kanker paru pada
    wanita meningkat, sejalan dengan peningkatan
    jumlah wanita merokok.
  • Tetapi harus diperhatikan juga kemungkinan resiko
    kanker paru akibat paparan pasif, mengingat
    jumlah wanita bekerja juga meningkat dimana
    memungkinkan sebagai perokok pasif.

18
Ecologic studies
Obtain group-level exposure information and
disease prevalence at the same point in time.
19
Ecologic Studies Breast Cancer Incidence by
National Fat Intake
USA
Switzerland
Italy
UK
Israel
N Zealand
Sweden
France
Yugoslavia
Spain
Romania
Poland
Hong Kong
Hungary
Japan
20
4. Studi case-control
  • Studi ini merupakan studi yang membandingkan
    kasus dengan suatu penyakit untuk mengontrol
    kasus tanpa penyakit, mencari perbedaan dalam
    paparan sebelumnya.
  • Sebagai contoh, studi kasus terhadap wanita muda
    dengan tromboembolisme vena dan membandingkan
    dengan kelompok kontrol tanpa embolisme vena,
    untuk mencari perbedaan pemakaian kontrasepsi
    oral sebelumnya.
  • Hasilnya menunjukkan hubungan kuat antara
    pemakaian kontrasepsi oral dengan tromboembolisme
    vena.

21
4. Studi case-control
  • Studi case-control berguna jika ingin mempelajari
    kemungkinan ganda penyebab suatu penyakit, dapat
    dipelajari sejumlah paparan yang merupakan faktor
    resiko potensial terhadap kelompok kasus dan
    kelompok kontrol.
  • Rancangan ini juga berguna jika akan dilakukan
    studi terhadap penyakit ang jarang dengan ukuran
    sampel yang lebih kecil dibanding studi cohort.
  • Contohnya, studi dietilstilbestrol dan
    adenocarcinoma sel vagina hanya membutuhkan 8
    kasus dan 40 kontrol, sedangkan studi Cohort
    untuk kasus ini membutuhkan ribuan subjek
    terpapar dietilstilbestrol.

22
4. Studi case-control
  • Informasi untuk studi ini umumnya didapat secara
    retrospektif dari kejadian sebelumnya, baik dari
    rekam medis, kuesioner atau interview.
  • Hal ini menyebabkan keterbatasan validitas
    informasi retrospektif. Selain itu pada pemilihan
    kontrol juga sulit dihindari seleksi bias.
  • Namun demikian, jika dirancang dengan benar studi
    ini akan memberikan hasil setara dengan studi
    Cohort dan uji klinis acak, serta sangat berguna
    dalam studi farmakoepidemiologi.

23
(No Transcript)
24
Case-control study
Controls sampled
Treated
Non-Random process
Untreated
Observation Period
Study population
Study outcome
(using risk-set sampling)
25
5. Studi Cohort
  • Studi Cohort merupakan studi yang
    mengidentifikasi kelompok populasi yang telah
    ditentukan dan mengikuti hingga waktu tertentu
    untuk mengetahui perbedaan efeknya.
  • Studi Cohort umumnya dilakukan untuk membedakan
    pasien terpapar dengan pasien tak terpapar, atau
    pasien terpapar A dan terpapar B.

26
5. Studi Cohort
  • Contohnya, studi perbandingan wanita usia
    reproduktif pengguna kontrasepsi oral dengan
    pengguna kontrasepsi metode lain, untuk mencari
    perbedaan frekuensi kejadian tromboembolisme
    vena.
  • Penelitian ini bertujuan mengkonfirmasi hasil
    temuan dari studi kecenderungan sekuler atau
    studi case-control.
  • Studi Cohort dapat dilakukan secara prospektif
    atau retrospektif (dari rekam medis, interview
    atau kuesioner).

27
5. Studi Cohort
  • Perbedaan utama studi cohort dan studi
    case-control ada pada pasien yang diambil sebagai
    sampel (gambar ).
  • Pasien pada studi case-control diambil
    berdasarkan ada tidaknya penyakit, dan kemudian
    dipelajari paparan obat sebelumnya.
  • Pasien pada studi Cohort diambil berdasarkan ada
    tidaknya paparan, kemudian diteliti muncul
    tidaknya penyakit.

28
5. Studi Cohort
  • Keuntungan utama studi Cohort adalah bebas dari
    kesulitan utama dari studi case-control, yaitu
    seleksi kelompok kontrol, serta studi Cohort
    propektif bebas dari masalah validitas yang
    dialami studi retrospektif.
  • Studi ini juga berguna untuk mempelajari
    kemungkinan efek ganda dari paparan obat tunggal.
  • Tetapi studi Cohort membutuhkan ukuran besar
    sampel dan waktu yang lama untk mempelajari efek
    tertunda obat.

29
Cohort study
Treated
Non-Random process
Untreated
Observation Period
Study population
Study outcome
30
Rate Ratio Events / person-time in exposed
Events / person-time in
unexposed
A RCT is just a special case of a cohort study
31
(No Transcript)
32
(No Transcript)
33
Cohort vs. Case-Control
  • Advantages of cohort studies
  • -Can calculate incidence
  • -Can directly calculate relative risk
  • -Less measurement error?
  • -Can study multiple outcomes of single exposure
  • Advantages of case-control studies
  • -Need exposure and confounder info on fewer
    subjects
  • -Often quicker, less expensive
  • -Can study multiple causes of a single disease

34
Ada (kasus) Tidak ada (kontrol)
Ada A B
Tidak C D
Studi Cohort dan studi case-control memberikan
informasi yang sejenis, tapi pengumpulan data
dilakukan dari arah yang berbeda
35
6. Studi Eksperimental
  • Studi eksperimental atau studi uji klinis acak
    adalah studi dimana peneliti mengontrol terapi
    yang diterima oleh tiap pasien.
  • Umumnya peneliti menggunakan kontrol di antara
    kelompok pasien.
  • Contoh, secara acak mengelompokkan wanita usia
    reproduktif pada kelompok pengguna kontrasepsi
    oral dan yang tidak menggunakan, kemudian menguji
    perbedaan kejadian tromboembolisme vena.

36
6. Studi Eksperimental
  • Kekuatan utama studi ini adalah rancangan acak,
    yang memastikan peluang hubungan tak langsung
    sebanding pada kedua kelompok uji.
  • Kelemahan studi ini adalah di sisi etika dan
    logistik, serta mahal.
  • Studi ini biasanya dilakukan pra-marketing untuk
    menguji efikasi dan keamanan obat, dan tidak
    perlu dilakukan postmarketing.

37
Randomized Trial
Treated
Random process
Untreated
Observation Period
Study population
Study outcome
38
Rate Ratio Events / person-time in exposed
Events / person-time in
unexposed
39
Rancangan untuk studi farmakoepidemiologi
Rancangan Studi Keuntungan Kerugian
Studi eksperimental (randomized clinical trial) Rancangan paling meyakinkan. Mengontrol hubungan tidak langsung, yang tidak diketahui atau tak terukur. Paling mahal. Artificial Paling sulit secara logistik. Pertimbangan etik.
40
Rancangan Studi Keuntungan Kerugian
Studi cohort Dapat mempelajari berbagai luaran. Dapat mempelajari paparan tak biasa. Seleksi bias tidak disukai. Data tidak bias Data kejadian telah tersedia Data luaran mungkin bias. Lebih mahal. Bisa selesai bertahun-tahun
41
Rancangan Studi Keuntungan Kerugian
Studi case-control Dapat mempelajari berbagai luaran. Dapat mempelajari peyakit tak baisa. Secara logistik lebih mudah, cepat dan murah Kontrol masalah terpilih. Data paparan mungkin bias.
42
Ranc. Studi Keuntungan Kerugian
Analisis tren sekuler Dapat langsung menjawab pertanyaan Tidak ada kontrol hubungan tidak langsung
Seri kasus Mudah menghitung kejadian Tidak ada kelompok kontrol, tidak bisa digunakan menyusun hipotesis
Laporan kasus Metode murah dan mudah untuk menyusun hipotesis Tidak bisa digunakan untuk pengujian
43
PEMBAHASAN
  • Telah diuraikan serangkaian rancangan studi yang
    berbeda, dengan keuntungan dan kerugian
    masing-masing.
  • Laporan kasus, seri kasus, analisis tren sekuler,
    studi case-control dan strudi cohort merupakan
    rancangan studi observasi atau studi
    non-eksperimental, sedangkan studi klinik acak
    merupakan studi eksperimental.
  • Dalam studi non-eksperimental, peneliti tidak
    dapat mengontrol terapi, hanya melakukan
    observasi dan mengevaluasi hasil yang dicapai
    setelah pengobatan.

44
PEMBAHASAN
  • Laporan kasus, seri kasus dan analisis tren
    sekuler merupakan studi deskriptif.
  • Studi case-control dan uji klinik acak
    menggunakan kelompok kontrol, dan merupakan studi
    analisis.
  • Rancangan studi analisis diklasifikasikan ke
    dalam dua kelompok utama, berdasarkan bagaimana
    subjek studi diseleksi dan bagaiman data untuk
    studi dikumpulkan.
  • Studi case-control menyeleksi subjek berdasarkan
    ada atau tidaknya penyakit, sedangkan studi
    cohort menyeleksi subjek berdasarkan ada atau
    tidaknya paparan.

45
PEMBAHASAN
  • Dari sudut pandang ini uji klinik acak dapat
    dilihat sebagai studi cohort subset, suatu tipe
    studi cohort di mana peneliti juga mengontrol
    terapi, tidak hanya mengobservasi.
  • Dari sudut pandang waktu, data dapat dikoleksi
    secara prospektif, yaitu secara simultan selama
    studi, atau secara retrospektif, yaitu setelah
    suatu kejadian berakhir, menggunakan rekam medik,
    kuesioner atau wawancara.

46
PEMBAHASAN
  • Data juga dapat dikumpulkan dengan studi
    cross-sectional, yaitu suatu studi yang dilakukan
    pada satu waktu tertentu.
  • Pada prinsipnya baik studi cohort atau studi
    case-control dapat dilakukan dengan berbagai
    patokan waktu tersebut, walaupun studi
    case-control tidak lazim dilakukan secara
    prospektif.
  • Uji klinik random harus dilakukan secara
    prospektif, sehingga peneliti dapat mengontrol
    terapi yang diberikan.
  • Tabel berikut menyajikan.

47
Klasifikasi studi farmakoepidemiologi
Klasifikasi Rancangan Studi
Berdasarkan bagaimana pemilihan subjek Studi case-control (case-history, case-referent, retrospective, trohoct study)
Berdasarkan bagaimana pemilihan subjek 2. Studi Cohort (follow-up, prospective) Studi eksperimental (uji klinik, studi intervensi)
Berdasarkan pengambilan data 1. Studi retrospektif (historical, non-concurrent, retrolective)
Berdasarkan pengambilan data 2. Studi prospektif (prolective)
Berdasarkan pengambilan data 3. Studi cross-sectional
48
KESIMPULAN
  • Studi laporan kasus dan seri kasus berguna untuk
    menarik sebuah hubungan dan untuk analisis tren.
  • Sedangkan studi case-control berguna untuk
    menjelaskan hubungan ini.
  • Studi cohort dan uji klinis random bertujuan
    untuk mendapatkan hubungan yang lebih definitif.

49
KESIMPULAN
  • Sebagai contoh, untuk menjawab pertanyaan apakah
    kontrasepsi oral dapat menyebabkan
    tromboembolisme, mula-mula hubungan ini dapat
    diperkirakan dengan studi laporan kasus atau seri
    kasus, kemudian diuji lebih lanjut dengan
    analisis tren dan studi case-control.
  • Mengingat pentingnya kontrasepsi oral, banyaknya
    jumlah wanita yang menggunakan, dan fakta bahwa
    pemakaianya umumnya adalah wanita sehat,
    selanjutnya dilakukan studi cohort skala besar.

50
METODE SAINTIFIK
  • Metode saintifik adalah proses 3 tahap.
  • Studi sebuah sampel dari subjek studi
  • Generalisasi informasi yg didapat dari sampel,
    menggambarkan kesimpulan tentang populasi secara
    umum (asosiasi).
  • Membuat sebuah kesimpulan tentang teori saintifik
    (causation).

51
METODE SAINTIFIK
52
CONTOH
  • Pada studi klinik random tentang efikasi
    enalapril dalam menurunkan tekanan darah, dipilih
    40 pria dewasa pertengahan penderita hipertensi
    untuk mendapatkan enalapril atau plasebo, dan
    diobservasi TD nya 6 minggu kemudian.
  • Harapannya, 20 orang dengan terapi enalapril akan
    turun tekanan darahnya, dibanding 20 orang
    penerima plasebo.
  • Nyatanya, sampel studi tidak sungguh-sungguh
    mewakili populasi, karena tdk mungkin
    mengidentifikasi setiap individu kemudian
    memilih secara acak ? tetapi sampel diperlakukan
    sebagai sampel acak dari populasi target.

53
CONTOH
  • Pada kondisi ini peneliti cenderung membuat
    generalisasi bahwa enalapril menurunkan tekanan
    darah pada pasien pria dewasa pertengahan
    penderieta hipertensi.
  • Tetapi harus diperhatikan bahwa jika pada
    observasi terjadi suatu kebetulan akibat variasi
    random.
  • Untuk mengevaluasi kemungkinan ini, dapat
    dilakukan uji statistik, yang memungkinkan
    perhitungan propabilitas terjadinya perbedaan di
    antara dua kelompok akibat kebetulan.
  • Jika hasilnya menunjukkan perbedaan bermakna
    secara statistik, dapat dikatakan ada suatu
    hubungan. Pada tahap ini terjadi pertimbangan
    statistik.

54
CONTOH
  • Jika tidak ada perbedaan bermakna, proses metode
    saintifik harus dihentikan.
  • Jika ada hubungan, dilanjutkan pada generalisasi
    hasil, sehingga dapat dikatakan bahwa enalapril
    merupakan obat antihipertensi.
  • Pada tahap ini terjadi pertimbangan saintifik
    atau biologis, dan menghasilkan sebuah kesimpulan
    tentang sebab akibat, bahwa enalapril sungguh
    menurunkan tekanan darah pada populasi pasien
    hipertensi.

55
CONTOH
  • Untuk membuat kesimpulan seperti ini, terjadi
    generalisasi terhadap populasi yang tidak
    diwakili oleh sampel studi, yaitu wanita,
    anak-anak dan geriatri.
  • Dibutuhkan data relevan lain untuk mendukung
    keputusan subjektif ini, serta dapat digunakan
    Kriteria untuk Hubungan Sebab-Akibat yang akan
    dibahas lebih lanjut.
  • Sebelumnya perlu diperhatikan lebih dulu,
    jenis-jenis kesalahan yang dapat dilakukan dalam
    suatu penelitian.

56
Jenis-jenis kesalahan yang dapat dilakukan dalam
suatu penelitian
  • Tidak ada hubungan
  • Hubungan artifaktual, baik palsu atau salah.
  • Hubungan tidak langsung, menunjukkan variabel
    lain yang berhubungan secara tidak langsung
    dengan studi.
  • Hubungan sebab akibat (langsung)

57
2. Hubungan artifaktual, baik palsu atau salah.
  • Hal ini dapat terjadi melalui dua mekanisme
    kebetulan atau bias.
  • Kebetulan bersifat tidak sistematis, acak atau
    bervariasi. Tujuan uji statistik adalah untuk
    mengevaluasi kemungkinan ini, mengestimasi
    kemungkinan hasil yang diobservasi terjadi karena
    kebetulan.
  • Sedangkan bias merupakan variasi sistematik yang
    terpola secara konsisten bila 2 kelompok
    diperlakukan atau dievaluasi secara berbeda.

58
2. Hubungan artifaktual, baik palsu atau salah.
  • Salah satu contoh bias bisa terjadi pada studi
    yang melibatkan wawancara, di mana wawancara
    dilakukan dengan tingkat kecermatan yang berbeda
    di tiap kelompok.
  • Contoh lain pada studi obat yang menginduksi
    cacat janin, seorang ibu dengan bayi cacat akan
    lebih akurat mengingat obat yang dikonsumsi
    semasa hamil dibanding ibu dengan bayi normal,
    karena pengalaman tidak baik yang dialaminya.
  • Sekali bias terjadi, tidak bisa dikoreksi,
    sedangkan statistik tidak bisa mencegah
    terjadinya bias. Satu hal yang bisa mencegah bias
    adalah rancangan studi.

59
3. Hubungan tidak langsung
  • Menunjukkan variabel lain yang berhubungan secara
    tidak langsung dengan studi.
  • Contohnya pada studi faktor resiko kanker paru
    dapat ditemukan hubungan antara ujung jari
    menguning dengan kanker paru.
  • Hal ini bukan merupakan hubungan sebab akibat,
    tapi akibat tidak langsung, yang ditemukan pada
    perokok.

60
Jenis-jenis kesalahan yang dapat dilakukan dalam
suatu penelitian
  • Jadi ada tiga tipe kesalahan yang bisa terjadi
    dalam sebuah penelitian, yaitu kesalahan acak,
    bias dan hubungan tidak langsung.
  • Kemungkinan kesalahan acak dapat dihitung dengan
    statistik, bias bisa dicegah dengan rancangan
    studi yang sesuai dan hubungan tidak langsung
    dapat dikontrol dengan rancangan studi atau
    rancangan analisis.

61
Kriteria untuk Hubungan Sebab Akibat
  • 1. Kesesuaian dengan informasi yang ada.
  • Informasi yang lain meliputi data dari subjek
    manusia lain, data dari studi dengan pertanyaan
    lain yang berhubungan, data dari studi hewan
    coba, atau data dari studi in vitro, atau teori
    ilmiah.
  • Menggunakan contoh sebelumnya, secara ilmiah
    tidak ada hubungan antara ujung jari menguning
    dengan kanker paru.
  • Tetapi ada hubungan antara merokok dengan kanker
    paru, karena rokok diketahui bersifat karsinogen
    pada hewan coba.
  • Pada studi manusia diketahui rokok menyebabkan
    kanker kepala dan leher, pankreas dan empedu.

62
Kriteria untuk Hubungan Sebab Akibat
  • 2. Konsistensi hubungan
  • Salah satu kriteria ilmu adalah reprodusibilitas
    bila dilakukan dengan berbagai kriteria yang
    berbeda, termasuk rancangan studi, tempat,
    populasi, dan lain-lain.

63
Kriteria untuk Hubungan Sebab Akibat
  • 3. Urutan waktu.
  • Misalnya jika ditanyakan pada masing-masing
    mahasiswa di kelas, apakah mengkonsumsi diazepam,
    dan apakah mengalami kecemasan, bisa ditemukan
    ada hubungan yang kuat antara konsumsi diazepam
    dan kecemasan.
  • Tetapi tidak bisa disimpulkan bahwa diazepam
    menyebabkan kecemasan, karena tidak dijelaskan
    mana yang terjadi dulu, konsumsi diazepam atau
    kecemasan.

64
Kriteria untuk Hubungan Sebab Akibat
  • 4. Spesifitas hubungan.
  • Hal ini berhubungan dengan, apakah penyebab
    terjadi tanpa menimbulkan efek yang diduga, atau
    efek terjadi tanpa penyebab yang diduga.
  • Contoh cacar terjadi karena paparan virus cacar,
    tapi tidak semua yang terpapar virus cacar
    kemudian terjangkit cacar.

65
Kriteria untuk Hubungan Sebab Akibat
  • 5. Kekuatan hubungan
  • Kekuatan kuantitatif, berkorelasi dengan ukuran.
  • Hubungan dosis-respon, terjadi jika peningkatan
    intensitas paparan menghasilkan peningkatan
    resiko penyakit yang diteliti

66
Data sources
  • Spontaneous reporting systems
  • Ad-hoc studies
  • Health Care data
  • Medicaid
  • General Practice Research Database
  • Tayside Medicines Monitoring Unit
  • Group Health Cooperative of Puget Sound
  • United Health
  • Etc.

67
(No Transcript)
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com