KONSEP SPIRITUAL DALAM KEPERAWATAN - PowerPoint PPT Presentation

About This Presentation
Title:

KONSEP SPIRITUAL DALAM KEPERAWATAN

Description:

KONSEP SPIRITUAL DALAM KEPERAWATAN Ns. Jukarnain, S.Kep Intervensi keperawatan perlu disesuaikan dengan tahap perkembangan keyakinan agama tiap individu ... – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:2817
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 71
Provided by: Com356
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: KONSEP SPIRITUAL DALAM KEPERAWATAN


1
KONSEP SPIRITUAL DALAM KEPERAWATAN
  • Ns. Jukarnain, S.Kep

2
PENDAHULUAN
  • Perawat sebagai tenaga kesehatan yang
    professional mempunyai kesempatan paling besar
    untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya
    pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif
    dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar
    yang holistik.

3
.
  • Perawat memandang klien sebagai makhluk
    bio-psiko-sosiokultural dan spiritual yang
    berespon secara holistik dan unik terhadap
    perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis.
    Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat
    tidak bisa terlepas dari interaksi perawat dengan
    klien.

4
.
  • Perawat berupaya untuk membantu memenuhi
    kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari
    kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan
    memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien
    tersebut, walau pun perawat dan klien mempunyai
    keyakinan spiritual atau keagamaan yang
  • tidak sama.

5
PENGERTIAN
  • Spiritualitas, keyakinan dan agama merupakan hal
    yang terpisah, walau pun seringkali diartikan
    sama. Pemahaman tentang perbedaan antara tiga
    istilah tersebut sangat penting bagi perawat
    untuk menghindarkan salah pengertian yang akan
    mempengaruhi pendekatan yang digunakan perawat.

6
Menurut Burkhardt (1993)
  • spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut
  • a.Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui
    atau ketidakpastian dalam kehidupan.
  • b.Menemukan arti dan tujuan hidup.
  • c.Menyadari kemempuan untuk menggunakan sumber
    dan kekuatan dalam diri sendiri.
  • d.Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri
    sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.

7
Kozier, Erb, Blais Wilkinson, 1995 Murray
Zetner, (1993).
  • Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan
    keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar,
    berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan
    ketika sedang menghadapi stress emosional,
    penyakit fisik, atau kematian. Kekuatan yang
    timbul diluar kekuatan Manusia

8
Mickley et al (1992)
  • menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang
    multidimensi, yaitu dimensi ekstensial dan
    dimensia agama. Dimensi ekstensial berfokus pada
    tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi
    agama lebih berfokus pada hubungan seseorang
    dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.

9
Stoll (1989)
  • selanjutnya menguraikan bahwa spiritualitas
    sebagai konsep dua dimensi dimensi vertikal
    adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha
    Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang,
    sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan
    seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain
    dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang
    terus menerus antara dua dimensi tersebut.

10
(Carson, 1989).
  • Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk
    mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan
    memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk
    mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai,
    menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan

11
Kesimpulan
  • kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk
    mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk
    mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan,
    dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan
    maaf.

12
Kepercayaan (faith)
  • Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti
    mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap
    sesuatu atau seseorang. Secara umum agama atau
    keyakinan spiritual merupakan upaya seseorang
    untuk memahami tempat seseorang di dalam
    kehidupan, yaitu bagaimana seseorang melihat
    dirinya dalam hubungannya dengan lingkungan
    secara menyeluruh

13
Agama
  • merupakan suatu sistem ibadah yang terorganisir
    atau teratur. Agama mempunyai keyakinan sentral,
    ritual, dan praktik yang biasanya berhubungan
    dengan kematian, perkawinan dan
    keselamatan/penyelamatan (salvation). Agama
    mempunyai aturan-aturan tertentu yang
    diprakktikan dalam kehidupan sehari-hari yang
    memberikan kepuasan bagi yang menjalankannya.
    Perkembangan keagamaan individu merujuk pada
    penerimaan keyakinan, nilai, aturan dan ritual
    tertentu

14
KARAKTERISTIK SPIRITUALITAS
  • .

15
  • Untuk memudahkan dalam memberikan asuhan
    keperawatan dengan memperhatikan kebutuhan
    spiritual penerima layanan keperawatan, maka
    perawat mutlak perlu memiliki kemampuan
    mengidentifikasi atau mengenal karakteristik
    spiritualitas sebagai berikut

16
Hubungan dengan diri sendiri.Kekuatan dalam/dan
self-reliance
  • a. Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang
    dapat dilakukannya).
  • b. Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada
    kehidupan/masa depan, ketenangan pikiran,
    harmoni/keselarasan dengan diri sendiri).

17
Hubungan dengan alam Harmoni
  • a.  Mengetahui tentang tanaman, pohon,
    margasatwa, iklim.
  • b. Berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan
    kaki), mengabdi dan melindungi alam.

18
Hubungan dengan orang lain
  • Harmonis/suportif.
  • a.    Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber
    secara timbal balik.
  • b.    Mengasuh anak, orangtua dan orang sakit.
  • c.    Meyakini kehidupan dan kematian
    (mengunjungi, melayat, dll).
  • Tidak harmonis
  • a.    Konflik dengan orang lain.
  • b. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan
    dan friksi.

19
Hubungan dengan ketuhanan
  • Agamais atau tidak agamais
  • a.       Sembahyang/berdoa/meditasi.
  • b.      Perlengkapan keagamaan.
  • c.       Bersatu dengan alam.

20
Terpenuhi keb Spiritual apabila
  • a.       Merumuskan arti personal yang positif
    tentang tujuan keberadaannya di dunia/kehidupan.
  • b.      Mengembangkan arti penderitaan dan
    meyakini hikmah dari suatu kejadian atau
    penderitaan.
  • c.       Menjalin hubungan positif dan dinamis
    melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta.
  • d.      Membina integritas personal dan merasa
    diri berharga.
  • e.       Merasakan kehidupan yang terarah
    terlihat melalui harapan.
  • f.        Mengembangkan hubungan antar manusia
    yang positif.

21
KETERKAITAN ANTARA SPIRITUALITAS, KESEHATAN DAN
SAKIT
  • Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat
    karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan
    perilaku selfcare klien. Beberapa pengaruh dari
    keyakinan spiritual yang perlu dipahami adalah
    sebagai berikut

22
Menuntun kebiasaan hidup sehari-hari
  • Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan
    dengan pelayanan kesehatan mungkin mempunyai
    makna keagamaan bagi klien. Sebagai contoh, ada
    agama yang menetapkan makanan diit yang boleh dan
    tidak boleh dimakan. Begitu pula metode keluarga
    berencana ada agama yang melarang cara tertentu
    untuk mencegah kehamilan termasuk terapi medik
    atau pengobatan.

23
Sumber dukungan
  • Pada saat mengalami stress, individu akan mencari
    dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini
    sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan
    sakit yang dialami, khususnya jika penyakit
    tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama
    dengan hasil yang belum pasti. Sembahyang atau
    berdoa, membaca kitab suci, dan praktik keagamaan
    lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan
    spiritual yang juga merupakan suatu perlindungan
    terhadap tubuh.

24
Sumber kekuatan dan penyembuhan
  • Nilai dari keyakinan agama tidak dapat dengan
    mudah dievaluasi (Taylor, Lilis Le Mone, 1997).
    Walaupun demikian pengaruh keyakinan tersebut
    dapat diamati oleh tenaga kesehatan dengan
    mengetahui bahwa individu cenderung dapat menahan
    distress fisik yang luar biasa karena mempunyai
    keyakinan yang kuat. Keluarga klien akan
    mengikuti semua proses penyembuhan yang
    memerlukan upaya ekstra, karena keyakinan bahwa
    semua upaya tersebut akan berhasil.

25
Sumber konflik
  • Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi konflik
    antara keyakinan agama dengan praktik kesehatan.
    Misalnya ada orang yang memandang penyakit
    sebagai suatu bentuk hukuman karena pernah
    berdosa.

26
.
  • Ada agama tertentu yang menganggap manusia
    sebagai makhluk yang tidak berdaya dalam
    mengendalikan lingkungannya, oleh karena itu
    penyakit diterima sebagai nasib bukan sebagai
    sesuatu yang harus disembuhkan.

27
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SPIRITUALITAS
  • Menurut Taylor, Lilis Le Mone (1997) dan Craven
    Hirnle (1996), faktor penting yang dapat
    mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah

28
Pertimbangan tahap perkembangan
  • Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak
    dengan empat agama yang berbeda ditemukan bahwa
    mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan
    bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia,
    seks, agama dan kepribadian anak.

29
Tema utama yang diuraikan oleh semua anak tentang
Tuhan
  • a.   Gambaran tentang Tuhan yang bekerja melalui
    kedekatan dengan manusia dan saling keterikatan
    dengan kehidupan.
  • b.  Mempercayai bahwa Tuhan terlibat dalam
    perubahan dan pertumbuhan diri serta transformasi
    yang membuat dunia tetap segar, penuh kehidupan
    dan berarti.
  • c.   Meyakini Tuhan mempunyai kekuatan dan
    selanjutnya merasa takut menghadapi kekuasaan
    Tuhan.
  • d.  Gambaran cahaya/sinar.

30
Keluarga
  • Peran orang tua sangat menentukan dalam
    perkembangan spiritualitas anak. Yang penting
    bukan apa yang diajarkan oleh orangtua kepada
    anaknya tentang Tuhan, tetapi apa yang anak
    pelajari mengenai Tuhan, kehidupan dan diri
    sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh
    karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan
    pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan
    kehidupan di dunia, maka pandangan anak pada
    umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam
    berhubungan dengan orang tua dan saudaranya.

31
Latar belakang etnik dan budaya
  • Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar
    belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya
    seseorang akan mengikuti tradisi agama dan
    spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya
    menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral
    dari hubungan keluarga dan peran serta dalam
    berbagai bentuk kegiatan keagamaan. Perlu
    diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem
    kepercayaan yang dianut individu, tetap saja
    pengalaman spiritual unik bagi tiap individu.

32
Pengalaman hidup sebelumnya
  • Pengalaman hidup baik yang positif maupun
    pengalaman negatif dapat mempengaruhi
    spiritualitas seseorang. Sebaliknya juga
    dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan
    secara spiritual kejadian atau pengalaman
    tersebut. Sebagai contoh, jika dua orang wanita
    yang mempercayai bahwa Tuhan mencintai umatnya,
    kehilangan anak mereka karena kecelakaan, salah
    satu dari mereka akan bereaksi dengan
    mempertanyakan keberadaan Tuhan dan tidak mau
    sembahyang lagi. Sedangkan wanita yang lain
    bahkan sebaliknya terus berdoa dan meminta Tuhan
    membantunya untuk mengerti dan menerima
    kehilangan anaknya.

33
.
  • Begitu pula pengalaman hidup yang menyenangkan
    sekalipun seperti pernikahan, pelantikan,
    kelulusan, kenaikan pangkat atau jabatan dapat
    menimbulkan perasaan bersyukur kepada Tuhan,
    namun ada juga yang merasa tidak perlu
    mensyukurinya. Peristiwa dalam kehidupan sering
    dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan
    Tuhan kepada manusia untuk menguji kekuatan
    imannya. Pada saat ini, kebutuhan spiritual akan
    meningkat yang memerlukan kedalaman spiritual dan
    kemampuan koping untuk memenuhinya

34
Krisis dan perubahan
  • (Tooth, 1992) dan Craven Hirnle (1996). Krisis
    sering dialami ketika seseorang menghadapi
    penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan
    dan bahkan kematian, khususnya pada klien dengan
    penyakit terminal atau dengan prognosis yang
    buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang
    dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual
    selain juga pengalaman yang bersifat fisik dan
    emosional.
  • Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman
    spiritual seseorang

35
.
  • Krisis bisa berhubungan dengan perubahan
    patofisiologi, treatment/terapi pengobatan yang
    diperlukan, atau situasi yang mempengaruhi
    seseorang. Diagnosis penyakit atau penyakit
    terminal pada umumnya akan menimbulkan pertanyaan
    tentang sistem kepercayaan seseorang. Apabila
    klien dihadapkan pada kematian, maka keyakinan
    spiritual dan keinginan untuk sembahyang/berdoa
    lebih tinggi dibandingkan pada pasien yang
    berpenyakit tidak terminal.

36
Terpisah dari ikatan spiritual
  • Menderita sakit terutama yang bersifat akut,
    seringkali membuat individu merasa terisolasi dan
    kehilangan kebebasabn pribadi dan sistem dukungan
    sosial (social support system). Klien yang
    dirawat merasa terisolasi dalam ruangan yang
    asing baginya dan merasa tidak aman. Kebiasaan
    hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak
    dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan
    keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan
    keluarga atau teman dekat yang biasa memberikan
    dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya
    klien dari ikatan spiritual berisiko terjadinya
    perubahan fungsi spiritualnya.

37
Isu moral terkait dengan terapi
  • Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan
    dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan
    kebesarannya, walaupun ada juga agama yang
    menolak intervensi pengobatan. Prosedur medik
    seringkali dapat dipengaruhi oleh pengajaran
    agama, misalnya sirkumsisi, transplantasi organ,
    pencegahan kehamilan, strerilisasi. Konflik
    antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering
    dialami oleh klien dan tenaga kesehatan.

38
Asuhan keperawatan yang kurang sesuai
  • Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada
    klien, perawat diharapkan untuk peka terhadap
    kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai
    alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar
    untuk memberikan asuhan spiritual. Alasan
    tersebut antara lain karena perawat merasa kurang
    nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang
    menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak
    mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual
    dalam keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan
    kebutuhan spiritual klien bukan menjadi tugasnya
    tetapi menjadi tanggung jawab pemuka agama.

39
Empat isu nilai yang mungkin timbul antara
perawat dan klien adalah
  • a.   Pluralisme perawat dan klien menganut
    kepercayaan dengan spektrum yang luas.
  • b. Fear berhubungan dengan ketidak mampuan
    mengatasi situasi, melanggar privacy klien, atau
    merasa tidak pasti dengan sistem kepercayaan dan
    nilai diri sendiri.
  • c.   Kesadaran tentang pertanyaan spiritual apa
    yang memberikan arti dalam kehidupan , tujuan,
    harapan dan merasakan cinta dalam kehidupan
    pribadi perawat.
  • d.  Bingung bingung terjadi karena ada perbedaan
    antara agama dan konsep spiritual.

40
MANIFESTASI PERUBAHAN FUNGSI SPIRITUAL
  • Berbagai perilaku dan ekspresi yang
    dimanifestasikan klien seharusnya diwaspadai oleh
    perawat, karena mungkin saja klien sedang
    mengalami masalah spiritual.

41
Verbalisasi distress
  • Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual
    biasanya memverbalisasikan distress yang
    dialaminya atau mengekspresikan kebutuhan untuk
    mendapatkan bantuan. Misalnya seorang istri
    mengatakan Saya merasa bersalah karena saya
    seharusnya mengetahui lebih awal bahwa suami saya
    mengalami serangan jantung.

42
.
  • Perawat juga perlu peka terhadap keluhan klien
    tentang kematian atau merasa tidak berharga dan
    kehilangan arti hidup. Kepekaan perawat sangat
    penting dalam menarik kesimpulan dari verbalisasi
    klien tentang distress yang dialami klien.

43
Perubahan perilaku
  • Perubahan perilaku juga dapat merupakan
    manifestasi gangguan fungsi spiritual. Klien yang
    merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau
    menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil
    pemeriksaan mungkin saja sedang menderita
    distress spiritual. Ada yang bereaksi dengan
    perilaku mengintrospeksi diri dan mencari alasan
    terjadinya suatu situasi dan berupaya mencari
    fakta yang dapat menjelaskan situasi tersebut,
    namun ada yang beraksi secara emosional dan
    mencari informasi serta dukungan dari keluarga
    atau teman. Perasaan bersalah, rasa takut,
    depresi dan ansietas mungkin menunjukkan
    perubahan fungsi spiritual.

44
PERAWAT SEBAGAI CONTOH PERAN (ROLE MODEL)
  • Setiap Manusia mempunyai tiga kebutuhan spiritual
    yang sama yaitu kebutuhan akan arti dan tujuan
    hidup, kebutuhan untuk mencintai dan berhubungan,
    serta kebutuhan untuk mendapatkan pengampunan

45
Taylor, Lilis Le Mone (1997), dalam hal ini
perawat akan
  • 1.      Mempunyai pegangan tentang keyakinan
    spiritual yang memenuhi kebutuhannya untuk
    mendapatkan arti dan tujuan hidup, mencintai dan
    berhubungan serta pengampunan.
  • 2.      Bertolak dari kekuatan spiritual dalam
    kehidupan sehari-hari ini, terutama ketika
    menghadapi nyeri, penderitaan dan kematian dalam
    melakukan praktik profesional.
  • 3.      Meluangkan waktu untuk memupuk kekuatan
    spiritual diri sendiri.
  • 4.      Menunjukkan perasaan damai, kekuatan
    batin, kehangatan, keceriaan, caring dan
    kreativitas dalam interaksinya dengan orang lain.

46
.
  • Menghargai keyakinan dan praktik spiritual orang
    lain walaupun berbeda dengan keyakinan spiritual
    perawat.
  • 6.      Meningkatkan pengetahuan perawat tentang
    bagaimana keyakinan spiritual klien mempengaruhi
    gaya hidup mereka, berespon terhadap penyakit,
    pilihan pelayanan kesehatan dan pilihan
    terapi/treatment.
  • 7.      Menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan
    spiritual klien.
  • 8.      Menyusun strategi asuhan keperawatan yang
    paling sesuai untuk membantu klien yang sedang
    mengalami distress spiritual.

47
Perilaku self-care
  • 1.      Gali nilai dan keyakinan pribadi dan
    orang lain.
  • 2.      Gali praktik yang dapat mendukung secara
    spiritual.
  • 3.      Hargai sistem kepercayaan orang lain.
  • 4.      Praktikkan hubungan yang dilandasi
    perasaan cinta terhadap diri sendiri dan orang
    lain.
  • 5.      Cari bantuan spiritual untuk mengatasi
    masalah stress, krisis dan kehilangan.

48
PROSES KEPERAWATAN
  • .

49
Pengkajian
  • Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali
    secara umum adalah

50
Afilasi agama
  • a.   Partisipasi klien dalam kegiatan agama
    apakah dilakukan secara aktif atau tidak aktif.
  • b.  Jenis partisipasi dalam kegiatan agama.

51
Keyakinan agama atau spiritual, mempengaruhi
  • a.   Praktik kesehatan diet, mencari dan
    menerima terapi, ritual atau upacara agama.
  • b.  Persepsi penyakit hukuman, cobaan terhadap
    keyakinan.
  • c.   Strategi koping.

52
Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi
  • a.   Tujuan dan arti hidup.
  • b.  Tujuan dan arti kematian.
  • c.   Kesehatan dan pemeliharaannya.
  • d.  Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang
    lain.

53
Pengkajian data subjektif
  • Pedoman Pengkajian Spiritual yang disusun oleh
    Stoll dalam Craven Hirnle (1996) mencakup empat
    area yaitu
  • a)  Konsep tentang Tuhan atau Ketuhanan
  • b)  Sumber harapan dan kekuatan
  • c)  Praktik agama dan ritual
  • d)  Hubungan antara keyakinin spiritual dan
    kondisi kesehatan.

54
Pengkajian data objektif
  • Pengkajian data objektif dilakukan mellui
    pengkajian klinik yang meliputi pengkajian afek
    dan sikap, perilaku, verbalisasi, hubungan
    interpersonal dan lingkungan. Pengkajian data
    objektif terutama dilakukan melalui observasi.

55
karakteristik klien yang mengalami distress
spiritual
  • a.       Klien yang tampak kesepian dan sedikit
    pengunjung,
  • b.      Klien yang mengekspresikan rasa takut dan
    cemas,
  • c.       Klien yang mengekspresikan keraguan
    terhadap sistem kepercayaan/agama,
  • d.      Klien yang mengekspresikan rasa takut
    terhadap kematian,
  • e.       Klien yang akan dioperasi,
  • f.        Penyakit yang berhubungan dengan emosi
    atau implikasi sosial dan agama.
  • Mengubah gaya hidup,

56
  • a.     Preokupasi ttg hbg agama dan kesehatan,
  • b.   Tidak dpt dikunjungi oleh pemuka agama,
  • c.   Tdk mampu / menolak melakukan ritual
    spiritual,
  • d.      Memverbalisasikan bahwa penyakit yang
    dideritanya merupakan hukuman dari Tuhan,
  • e.   Mengespresikan kemarahannya thd Tuhan,
  • f.  Mempertanyakan rencana terapi karena
    bertentangan dengan keyakinan agama.
  • g.   Sedang menghadapi sakratul maut (dying).

57
Diagnosa keperawatan
  • a.   Gangguan penyesuaian terhadap penyakit b/d
    ketidakmampuan merekonsiliasi penyakit dengan
    keyakinan spiritual.
  • b.  Koping individu tidak efektif b/d kehilangan
    agama sebagai dukungan utama (merasa ditinggal
    oleh Tuhan).
  • c.   Takut b/d belum siap untukmenghadapi
    kematian dan pengalaman kehidupan setelah
    kematian.
  • d.  Berduka yang disfungsional keputusasaan b/d
    keyakinan bahwa agama tidak mempunyai arti.
  • e.   Keputusasaan b/d keyakinan bahwa tidak ada
    yang peduli termasuk Tuhan.

58
.
  • a. Ketidakberdayaan b/d parasaan menjadi korban.
  • b.  Ggn harga diri b/d kegagalan untuk hidup
    sesuai dengan ajaran agama.
  • c.   Disfungsi seksual b/d konflik nilai.
  • d.  Ggn pola tidur b/d distress spiritual.
  • e. Resiko tindak kekerasan thd diri sendiri b/d
    perasaan bahwa hidup ini tidak berarti.

59
Perencanaan
  • Tujuan asuhan keperawatan pada klien yang
    mengalami distress spiritual harus difokuskan
    pada menciptakan lingkungan yang mendukung
    praktik keagamaan dan keyakinan yang biasanya
    dilakukan. Tujuan ditetapkan secara individual
    dengan mempertimbangkan riwayat klien, area
    beresiko, dan tanda-tanda disfungsi serta data
    objektif yang relevan.

60
Contoh tujuan klien dengan distress spiritual
meliputi klien akan
  • a.   Mengidentifikasi keyakinan spiritual yang
    memenuhi kebutuhan untuk memperoleh arti dan
    tujuan, mencintai dan keterikatan serta
    pengampunan.
  • b.  Menggunakan kekuatan keyakinan, harapan dan
    rasa nyaman ketika menghadapi tantangan berupa
    penyakit, cidera atau krisis kehidupan lain.
  • c.   Mengembangkan praktek spiritual yang memupuk
    komunikasi dengan diri sendiri, dengan Tuhan dan
    dengan dunia luar.
  • Mengekspresikan kepuasan dengan keharmonisan
    antara keyakinan spiritual dengan kehidupan
    sehari-hari.

61
Hasil yang diperkirakan harus bersifat individual
dan meliputi kriteria
  • a.   Menggali akar keyakinan dan praktik
    spiritual.
  • b.  Mengidentifikasi faktor dalam kehidupan yang
    menantang keyakinan spiritual.
  • c. Menggali alternatif mengingkari, memodifikasi
    atau menguatkan keyakinan mengembangkan
    keyakinan baru.
  • d. Mengidentifikasi dukungan spiritual (membaca
    kitab suci, kelompok pengajian, dsb).
  • e. Melaporkan atau mendemonstrasikan berkurangnya
    distress spiritual setelah keberhasilan
    intervensi

62
Perencanaan dirancang utk memenuhi kebutuhan
spiritual klien dengan
  • a. Membantu klien memenuhi kewajiban agamanya.
  • b.  Membantu klien menggunakan sumber dari dalam
    dirinya dengan cara lebih efektif untuk mengatasi
    situasi yang sedang dialaminya.
  • c. Membantu klien mempertahankan atau membina
    hubungan personal yang dinamik dengan Maha
    Pencipta ketika sedang menghadapi peristiwa yang
    kurang menyenangkan.
  • d. Membantu klien mencari arti keberadaannya dan
    situasi yang sedang dihadapinya.
  • e.   Meningkatkan perasaan penuh harapan.
  • f.Memberikan sumber spiritual atau cara lain yang
    relevan.

63
Implementasi
  • a.  Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat.
  • b. Fokuskan perhatian pada persepsi klien
    terhadap kebutuhan spiritualnya.
  • c.  Jangan mengasumsi klien tidak mempunyai
    kebutuhan spiritual.
  • d. Mengetahui pesan non-verbal tentang kebutuhan
    spiritual klien.
  • e.  Berespon scr singkat, spesifik dan faktual.
  • f. Mendengarkan secara aktif dan menunjukkan
    empati yang berarti menghayati masalah klien.

64
.
  • a.      Menerapkan teknik komunikasi terapeutik
    dengan teknik mendukung, menerima, bertanya,
    memberi informasi, refleksi, menggali perasaan
    dan kekuatan yang dimiliki klien.
  • b.  Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada
    ucapan atau pesan verbal klien.
  • c.  Bersikap empati yang berarti memahami dan
    mengalami perasaan klien.
  • d. Memahami masalah klien tnp menghukum walaupun
    tidak berarti menyetujui klien.

65
.
  • a.       Mentukan arti dan situasi klien,
    bagaimana klien berespon terhadap penyakit?
  • b.      Apakah klien menganggap penyakit yang
    dideritanya merupakan hukuman, cobaan atau
    anugerah dari Tuhan?
  • c.       Membantu memfasilitasi klien agar dapat
    memenuhi kewajiban agama.
  • d.      Memberitahu pelayanan spiritual yang
    tersedia di RS.

66
  • Intervensi keperawatan perlu disesuaikan dengan
    tahap perkembangan keyakinan agama tiap individu
    klien berdasarkan usia.

67
Evaluasi
  • Untuk mengevaluasi apakah klien telah mencapai
    kriteria hasil yang telah ditetapkan pada fase
    perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data
    terkait dengan pencapaian tujuan asuhan
    keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan terjadi
    apabila secara umum klien

68
.
  • a.   Mampu beristirahat dengan tenang.
  • b.  Menyatakan penerimaan keputusan moral/etika.
  • c.   Mengekspresikan rasa damai berhubungan
    dengan Tuhan.
  • d.  Menunjukkan hubungan yang hangat, dan terbuka
    dengan pemuka agama.
  • e.   Menunjukkan afek positif, tanpa perasaan
    marah, rasa bersalah dan ansietas.
  • f.    Menunjukkan perilaku lebih positif.
  • g.   Mengekspresikan arti positif terhadap
    situasi dan keberadaannya.

69
pesan
  • The first if you want to be a nurse is
  • smile

70
Reference
  • Hidayat, Alimul A, (2004). Pengantar Konsep Dasar
    Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.
  • Murwani, Arita, (2008). Pengantar Konsep Dasar
    Keparawatan. Fitramaya, Yogyakarta.
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com