OBAT DIURETIK dan ANTI HIPERTENSI - PowerPoint PPT Presentation

About This Presentation
Title:

OBAT DIURETIK dan ANTI HIPERTENSI

Description:

OBAT DIURETIK dan ANTI HIPERTENSI OLEH Iwan sain DIURETIK DAN OBAT ANTI HIPERTENSI Diuretik dipakai untuk dua tujuan utama: untuk menurunkan tekanan darah tinggi ... – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:2717
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 59
Provided by: iwansaing
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: OBAT DIURETIK dan ANTI HIPERTENSI


1
OBAT DIURETIK dan ANTI HIPERTENSI
  • OLEH
  • Iwan sain

2
DIURETIK DAN OBAT ANTI HIPERTENSI
  • Diuretik dipakai untuk dua tujuan utama
  • untuk menurunkan tekanan darah tinggi,
  • untuk memperkecil edema (perifer dan paru-paru)
    pada payah jantung kongestif.

3
  • Diuretik menghasilkan peningkatan aliran urin
    (diuresis) dengan menghambat reabsorpsi natrium
    dan air dari tubulus ginjal.
  • Kebanyakan reabsorpsi natrium dan air terjadi di
    sepanjang segmen-segmen tubulus ginjal
    (proksimal, ansa Henle (ansa desending dan ansa
    asending), dan distal, Diuretik dapat
    mempengaruhi satu atau lebih segmen tubulus
    ginjal

4
  • Diuretik memiliki efek antihipertensi dengan
    meningkatkan pelepasan air dan garam natrium.
  • Hal ini menyebabkan penurunan volume cairan dan
    merendahkan tekanan darah.
  • Jika garam natrium ditahan, air juga akan
    tertahan dan tekanan darah akan meningkat

5
Kategori diuretik
  • Enam kategori diuretik yang efektif untuk
    menghilangkan air dan natrium adalah
  • (1) tiasid dan seperti - tiasid,
  • (2) diuretik kuat,
  • (3) hemat kalium,
  • (4) penghambat anhidrase karbonik,
  • (5) osmotik, dan
  • (6) merkurial

6
(No Transcript)
7
(No Transcript)
8
(No Transcript)
9
Farmakokinetik
  • Tiazid diabsorpsi dengan baik dalam traktus
    gastrointestinal (GI). Hidroklorotiazid memiliki
    kekuatan ikat protein yang lebih lemah
    dibandingkan dengan furosemid.
  • Waktu paruh tiazid lebih panjang daripada
    diuretik loop (kuat). Untuk alasan ini tiazid
    harus diberikan pada pagi hari untuk menghindari
    nokturia (berkemih di malam hari).

10
Farmakodinamik
  • Tiazid bekerja langsung pada arteriol,
    menyebabkan vasodilatasi, sehingga dapat
    menurunkan tekanan darah.
  • Awal kerja dari hidrotiazid timbul dalam waktu 2
    jam, dan untuk furosemid dalam 1 jam. Konsentrasi
    puncak berbeda-beda.

11
  • Tiazid terbagi dalam tiga kelompok sesuai dengan
  • lama kerjanya
  • Tiazid kerja pendek memiliki lama kerja kurang
    dari 12 jam
  • Tiazid kerja menengah, lama kerjanya antara 12-24
    jam,
  • dan yang bekerja lama, memiliki lama kerja lebih
    dari 24 jam.
  • Furosemid adalah diuretik yang lebih paten
    daripada tiazid,
  • bekerja dengan cepat, dan memiliki lama kerja
    yang lebih
  • pendek daripada tiazid kerja pendek, dan
    diekskresi lebih
  • cepat.

12
Efek samping dan Reaksi yang Merugikan
  • Efek samping dan reaksi yang merugikan dari
    tiazid mencakup ketidakseimbangan elektrolit
    (hipokalemia, hipokalsemia, hipomagnesemia, dan
    kehilangan bikarbonat), hiperglikemia (gula darah
    meningkat), hiperurisemia (kadar asam urat serum
    meningkat), dan hiperlipidemia (kadar lemak darah
    meningkat).
  • Efek samping lain mencakup pusing, sakit kepala,
    mual, muntah, konstipasi, urtikaria, dan
    diskrasia darah (jarang).

13
Kontraindikasi
  • Tiazid menjadi kontraindikasi untuk dipakai pada
    penderita gagal ginjal.
  • Gejala-Gejala gangguan fungsi ginjal yang berat
    meliputi oligouria (penurunan jumlah urin yang
    sangat jelas), peningkatan nitrogen urea darah
    dan peningkatan kreatinin darah.

14
Interaksi obat
  • Dari berbagai interaksi obat, yang paling serius
    adalah penggunaannya bersama digoksin.
  • Tiazid dapat menyebabkan hipokalemia, yang
    menguatkan kerja digoksin, dan bisa terjadi
    keracunan digitalis.
  • Tanda-Tanda dan gejala-gejala dari keracunan
    digitalis (bradikardia, mual, muntah, perubahan
    penglihatan) harus dilaporkan. Seringkali
    diresepkan suplemen kalium dan kadar kalium harus
    dipantau.
  • Tiazid juga menguatkan kerja litium, dan dapat
    terjadi keracunan litium.
  • Tiazid memperkuat kerja obat obat antihipertensi
    lainnya, yang mungkin dipakai secara kombinasi
    dengan pengobatan hipertensi.

15
Diuretik Kuat
16
Farmakokinetik
  • Diuretik cepat merupakan obat yang cepat
    diabsorpsi di saluran pencernaan.
  • Obat-Obat ini merupakan obat yang berikatan
    dengan protein sangat tinggi dengan waktu paruh
    yang bervariasi dari 30 menit sampai 1,6 jam

17
  • Farmakodinamik
  • Diuretik kuat memiliki efek salurelik yang besar
    (kehilangan natrium) dan dapat menyebabkan
    diuresis cepat. Waktu awal kerja dari diuretik
    terjadi setelah 30-60 menit. Awal kerja bentuk
    furosomid intravena adalah 5 menit. Lama kerja
    lebih pendek daripada tiazid.

18
  • Efek Samping dan Reaksi yang
  • Merugikan
  • Efek samping yang paling sering dijumpai adalah
    ketidakseimbangan elektrolit dan cairan, seperti
    hipokalsemia dan hipokloremia. Hipotensi
    ortostatik dapat timbul. Trombositopenia,
    gangguan kulit, dan tuli sementara jarang
    terlihat.

19
  • Interaksi obat
  • Interaksi obat yang paling utama adalah dengan
    preparat digitalis, Jika klien memakai digoksin
    dengan diuretik kuat, bisa terjadi keracunan
    digitalis, Klien ini memerlukan kalium tambahan
    melalui makanan atau obat.
  • Hipokalemia memperkuat kerja digoksin dan
    meningkatkan risiko keracunan digitalis.

20
Diuretik Hemat Kalium
  • Diuretik hemat kalium, lebih lemah dari tiazid
    dan diuretik kuat, dipakai untuk diuretik ringan
    atau dengan kombinasi dengan obat antihipertensi,
    Obat-obat ini bekerja pada tubulus distal untuk
    meningkatkan ekskresi natrium dan air dan retensi
    kalium. Obat ini mengganggu pompa natrium kalium
    yang dikontrol oleh aldosteron hormon
    mineralokortikoid (natrium ditahan dan kalium
    diekskresi),

21
(No Transcript)
22
Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan
  • Efek samping utama dari obat-obat ini adalah
    hiperkalemia. Hati-Hati dalam memberikan obat ini
    pada klien yang fungsi ginjalnya buruk, karena
    80-90 dari kalium diekskresikan oleh ginjal.
  • Urin harus sekurang-kurangnya 600 ml sehari.
  • Klien tidak boleh memakai tambahan kalium jika
    meminum obat diuretik hemat kalium kecuali jika
    kadar kalium dalam serum sangat rendah.
  • Pemantauan kadar kalium serum sangat perlu.
    Gangguan gastrointestinal dapat terjadi.

23
Diuretik Osmotik
  • Diuretik osmotik meningkatkan osmolalitas
    (konsentrasi) plasma dan cairan dalam tubulus
    ginjal. Natrium, kalium, dan air diekskresikan.
  • Golongan obat ini dipakai untuk mencegah penyakit
    ginjal, untuk mengurangi TIK (mis. edema otak)
    dan untuk menurunkan TIO (mis. glaukoma).

24
Penghambat Anhidrase Karbonik
  • Penghambat anhidrase karbonik, asetazolamid,
    diklorfenamid, otoksilamid, dan metazolamid
    menghambat kerja enzim anhidrase karbonik yang
    diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan
    asam-basa (keseimbangan ion hidrogen dan
    bikarbonat).
  • Penghambatan enzim ini menyebabkan peningkatan
    pengeluaran natrium, kalium dan bikarbonat.

25
(No Transcript)
26
Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan
  • MANITOL. Efek samping dan reaksi yang merugikan
    dari diuretik osmotik mencakup ketidakseimbangan
    cairan dan elektrolit, edema paru karena
    perpindahan cairan dengan cepat, mual, muntah,
    takikardia karena kehilangan cairan dengan cepat,
    dan asidosis.

27
  • ASETAZOLAMID. Penghambat anhidrase karbonik dapat
    menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan
    elektrolit, asidosis metabolik, mual, muntah,
    anoreksia, bingung, hipotensi ortostatik, dan
    kristaluria. Anemia hemolitik dan batu ginjal
    dapat juga timbul. Obat-Obat ini merupakan
    kontraindikasi selama trimester pertama kehamilan.

28
Proses Keperawatan Diuretik
  • Pengkajian
  • Periksa tanda-tanda vital dasar untuk menemukan
    hasil abnormal dan bandingkan dengan hasil
    pemeriksaan berikutnya.
  • Periksa elektrolit serum Laporkan nilai abnormal
    seperti penurunan kadar kalium.
  • Periksa anggota gerak untuk menemukan "edema
    pitting" Laporkan hasilnya. Diuretik akan
    diberikan untuk mengganti cairan ditungkai.
  • Periksa bunyi pernafasan untuk menemukan kelainan
    suara yang disebabkan oleh pengumpulan cairan di
    paru-paru. Laporkan hasilnya. Bila positif bisa
    menunjukkan adanya gagal jantung kongestif.

29
  • Intervensi Keperawatan
  • Pantau tanda-tanda vital, terutama tekanan darah
    dan denyut jantung. Diuretik dapat menyebabkan
    penurunan tekanan darah jika volume cairan
    menurun banyak, denyut jantung akan meningkat
    untuk mengkompensasi kehilangan cairan. Laporkan
    adanya peningkatan denyut jantung dan periksa
    adanya tanda-tanda dan gejala-gejala terjadinya
    renjatan.
  • Pantau berat klien. Dengan pengeluaran cairan dan
    pengurangan edema perifer karena diuresis,
    diharapkan terjadi penurunan berat badan.
  • Pantau haluaran urin. Diuretik meningkatkan
    haluaran urin. Penurunan jumlah urin sewaktu
    klien sedang memakai diuretik mungkin disebabkan
    oleh kurang minum atau adanya insufisiensi
    ginjal, Asupan cairan harus diperhatikan.
    Laporkan bila ada pengurangan jumlah urin.

30
  • Pantau hasil hasil pemeriksaan laboratorium,
    terutama elektrolit serum, gula, asam urat, dan
    BUN (blood urea nitrogen).
  • Periksa adanya tanda-tanda dan gejala-gejala
    hipokalemia (kelemahan otot, denyut yang tidak
    teratur, bingung, dan kadar kalium serum kurang
    dari 3,5 mEq/L). Kelainan elektro kardiografi
    terjadi baik pada hipokalemi juga pada
    hiperkalemia.

31
PENYULUHAN KEPADA KLIEN
  • Beritahukan klien untuk mempertahankan nutrisi
    yang baik dan kurangi garam dan tingkatkan
    makanan yang kaya kalium se-perti buah-buah segar
    atau kering (pisang, jeruk), sayur-sayuran
    termasuk kentang, terutama dengan kulit-nya
    kacang, daging, dan ikan. Banyak diuretik yang
    tidak menghemat kalium.

32
  • Beritahukan pada klien untuk memantau denyut
    jantung jika meminum diuretik dan digitalis
    seperti digoksin. Bradikardia pengurangan denyut
    jantung) adalah tanda keracunan digitalis.
  • Anjurkan klien diabetik yang memakai diuretik
    tiazid untuk mengukur gula darahnya. Usahakan
    upaya klien memiliki daftar hasil pemerikaan gula
    darahnya.

33
  • Anjurkan klien untuk mengikuti peraturan
    pemakaian obat dengan baik. Jika timbul masalah,
    anjurkan klien untuk memberitahukan dokter.
  • Nasihati klien untuk bangun dari posisi duduk ke
    posisi berdiri secara perlahan-lahan untuk
    mencegah efek hipotensi ortostatik.

34
  • Evaluasi
  • Evaluasi efektivitas diuretik dengan men-catat
    apakah edema berkurang atau menghilang. Mengganti
    diuretik mungkin perlu dilakukan apabila edema
    atau payah jantung kongestif timbul.

35
OBAT ANTIHIPERTENSI
36
  • Metoda-Metoda untuk menurunkan tekanan
  • darah tanpa obat mencakup
  • teknik-teknik mengurangi stress
  • olah raga (meningkatkan lipoprotein densitas
    tinggi (HDL), pembatasan garam,
  • mengurangi minum alkohol, dan
  • mengurangi berat badan

37
  • OAH diklasifikasikan menjadi lima kategori
  • (1) diuretik,
  • (2) menekan simpatetik (simpatolitik),
  • (3) vasodilator arterial langsung,
  • (4) antagonis angiotensin, dan
  • (5) penghambat saluran kalsium.

38
(No Transcript)
39
Penghambat Adrenergik Beta
  • Ada banyak tipe penghambat beta.
  • Penghambat beta tidak selektif seperti
    propranolol (inderal) menghambat reseptor beta
    jantung dan beta bronchial. Denyut jantung lambat
    (tekanan darah menurun sekunder terhadap
    penurunan denyut jantung), dan timbul
    bronkokonstriksi.
  • Penghambat beta kardioselektif lebih disukai
    karena hanya bekerja pada reseptor beta,
    akibatnya, tidak timbul bronkokonstriksi.

40
  • Farmakokinetik
  • Baik propranolol dan metoprolol diabsorpsi dengan
    baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek,
    dan dapat diberikan beberapa kali Sehari.
    Propranolol sangat mudah berikatan dengan protein
    dan akan bersaing dengan obat-obat lain yang juga
    sangat mudah berikatan dengan protein

41
  • Farmakodinamik
  • Penghambat adrenergik beta mengbambat
    perangsangan simpatetik. sehingga menurunkan
    denyut jantung dan tekanan darah, Penghambat
    beta tidak efektif menghambat reseptor beta2,
    ini bisa menyebabkan penyempitan bronkial.
    Penghambat beta dapat menembus barier plasenta
    dan dapat masuk ke ASI.
  • Awitan kerja penghambat beta biasanya 30 menit
    atau kurang, dan lama kerjanya 6 sampai 12 jam.
    Jika penghambat beta diberikan secara intravena,
    awitan kerjanya segera, waktu puncaknya 20 menit
    untuk intravena (dibanding per oral sampai 1
    jam), dan lama kerjanya 4 sampai 8 jam

42
  • Simpatolitik (Penekan Simpatetik)
  • Penghambat adrenergik bekerja di sentral
    (simpatolitik), penghambat adrenergik alfa, dan
    penghambat neuron adrenergik diklasifikasikan
    sebagai penekan simpatetik, atau simpatolitik.
    Penghambat adrenergik beta, juga dianggap
    sebagai simpatolitik dan menghambat reseptor
    beta.
  • Simpatolitik yang bekerja di pusat menurunkan
    repons simpatetik dari batang otak ke pembuluh
    darah perifer. Golongan obat ini memiliki efek
    minimal terhadap curah jantung dan aliran darah
    ke ginjal. Obat-Obat golongan ini meliputi
    metildopa, klinidin, 1 guanabenz, dan guanfasin.
    Metildopa (Al-domet) adalah satu dari obat yang
    pertama dipakai secara luas untuk mengontrol
    hipertensi.

43
  • Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan
  • Efek samping dan reaksi yang merugikan meliputi
    rasa mengantuk, mulut kering, pusing, dan denyut
    jantung lain (bradikardia). Metildopa tidak
    diberikan pada klien yang memiliki gangguan
    fungsi hati, dan enzim hati serum harus dipantau
    secara teratur pada semua klien.
  • Golongan obat ini tidak boleh dihentikan secara
    mendadak karena dapat terjadi krisis hipertensi.
  • Jika obat perlu dihentikan dengan cepat, biasanya
    diberikan obat anti hipertensi lain untuk
    mencegah gejala rebound hipertensi seperti
    kegelisahan, takikardia, tremor, sakit kepala,
    dan peningkatan tekanan darah.

44
  • Penghambat Adrenergik-Alfa
  • Golongan obat ini memblok reseptor adrenergik
    alfa, menyebabkan vasodilatasi dan penurunan
    tekanan darah.
  • Penghambat beta juga menurunkan lipoprotoin
    berdensitas sangat rendah (VLDL, very low-density
    lipoproteins) dan lipoprotein berdensitas rendah
    (LDL, low-density lipoproteins) yang bertanggung
    jawab dalam penimbunan lemak di arteri
    (arterosklerosis).
  • Penghambat alfa yang lebih kuat, fentolamin,
    fenoksibenzamin dan tolazolin, terutama dipakai
    untuk krisis hipertensi dan hipertensi berat yang
    disebabkan oleh tumor medula adrenal

45
  • Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan
  • FENTOLAMIN. Efek samping meliputi hipotensi,
    refleks takikardia karena tekanan darah menurun
    drastis, kongesti hidung karena efek
    vasodilntasi, dan kekacauan gastrointestinal
  • PRAZOSIN, DOKSAZOSIN, DAN TERAZOSIN. Efek samping
    meliputi hipotensi ortostatik (pusing, rasa ingin
    pingsan, kepala ringan, peningkatan denyut
    jantung), mual, rasa mengantuk, kongesti hidung
    karena vasodilatasi, edema, dan kenaikan berat
    badan.

46
  • Interaksi Obat
  • Interaksi obat timbul ketika penghambat
    adrenergik alfa diminum bersama obat-obat
    antiinflamasi dan nitrat (nitrogliserin) untuk
    angina.
  • Edema perifer diperberat jika prazosin dan obat
    antiinflamasi dipakai setiap hari. Nitrogliserin
    yang diberikan untuk angina akan menurunkan
    tekanan darah. Jika prazosin diberikan dengan
    nitrogliserin, dapat timbul sinkop (pingsan)
    karena penurunan tekanan darah.

47
  • Penghambat Neuron Adrenergik (Simpatolitik
  • yang Bekerja Porifer)
  • Penghambat neuron adrenergic merupakan obat
    anti hipertensi yang kuat yang menghambat
    norepinefrin dari ujung saraf simpatis, sehingga
    pelepasan norepinefrin menjadi berkurang dan
    ini menyebabkan curah jantung maupun tahanan
    vaskular perifer menurun. Reserpin dan guanafasin
    dua obat yang paling kuat dipakai untuk
    mengendalikan hipertensi berat

48
Vasodilator Arteriola yang Bekerja Langsung
  • Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat
    tahap III yang bekerja dengan merelaksasikan otot
    otot polos dari pembuluh darah, terutama arteri,
    sehingga menyebabkan vasodilatasi.
  • Dengan terjadinya vasodilatasi tekanan darah akan
    turun dan natrium serta air tertahan, sehingga
    terjadi edema perifer. Diuretik dapat diberikan
    bersama-sama dengan vasodilator yang bekerja
    langsung untuk mengurangi edema. Refleks
    takikardia disebabkan oleh vasodilatasi dan
    menurunnya tekanan darah.
  • Penghambat beta seringkali diberikan bersama-sama
    dengan vasodilator arteriola untuk menurunkan
    denyut jantung hal ini melawan refleks
    takikardia. Dua dari vasodilator yang bekerja
    langsung,

49
  • Efek Samping dan Reaksi yang Merugikan
  • Efek hidralazin banyak dan termasuk takikardia,
    palpitasi, edema, kongesti hidung, sakit kepala,
    pusing, perdarahan saluran cerna, gejala-gejala
    seperti lupus, dan gejala-gejala neurologik
    (kesemutan, baal).
  • Minoksidil memiliki efek. samping yang serupa,
    takikardia, edema dan pertumbuhan rambut yang
    berlebihan. Dapat menyebabkan serangan angina.
  • Nitropruzid dan diazoksid dapat menyebabkan
    refleks takikardia, palpitasi, kegelisahan,
    agitasi, mual dan bingung. Hiperglikemia dan
    timbul dengan diazoksid karena obat ini
    menghambat pelepasan insulin dari sel-sel beta
    pankreas

50
Antagonis Angiotensin (Penghambat Enzim Pengubah
Angiotensin)
  • Obat dalam golongan ini menghambat enzim pengubah
    angiotensin (ACE) yang nantinya akan menghambat
    pembentukan angiotensi II (vasokonstriktor) dan
    menghambat pelepasan aldosteron.
  • Aldosteron meningkatkan retensi natrium dan
    ekskresi kalium. .Jika aldosteron dihambat,
    natrium dieksresikan bersama-sama dengan air.
    Kaptopril, enalapril, dan lisinopril adalah
    ketiga antagonis angiotensin.

51
  • Efek Samping dan Reaksi yang
  • Merugikan
  • Efek samping dari obat-obat ini adalah mual,
    muntah, diare, sakit kepala, pusing, letih,
    insomnia, kalium serum yang berlebihan
    (hiperkalemia), dan takikardia.

52
(No Transcript)
53
(No Transcript)
54
Proses Keperawatan Antihipertensi
  • Pengkajian
  • Dapatkan tanda-tanda vital. Laporkan jika
    terdapat tekanan darah abnormal. Bandingkan
    tanda-tanda vital dengan nilai dasarnya.
  • Periksa elektrolit serum. Laporkan hasil-hasil
    yang abnormal.
  • Periksa bunyi paru apakah terdapat ronki. Banyak
    dari obat-obat antihiportensi seperti metildopa,
    klonidin, guanatidin, guanadrel, prazosin,
    Leruzosin, hidralazin, dan minoksidil menyebabkan
    retensi natirum dan air.
  • Periksa haluaran urin. catat dan laporkan
    jumlahnya. Haluaran urin yang berlebihan dapat
    mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan
    elektrolit dan gejala-gejala seperti renjatan.
  • Periksa anggota gerak apakah terjadi edema.
    Banyak dari simpatolik dapat menyebabkan edem
    perifer.

55
  • Intervensi Keperawatan
  • Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah
    dan denyut nadi. Efektivitas terapi obat
    ditentukan dengan terpeliharanya tekanan darah
    dan denyut nadi yang dinginkan.
  • Pantau elektrolit serum, terutama kadar kalium
    serum, Retensi natrium dan air dapat terjadi pada
    kebanyakan obat-obat simpatolitik. Diuretik
    sering diresepkan sebagai bagian dari regimen
    obat, dan kehilangan elektrolit serta
    ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi.

56
  • PENYULUHAN KEPADA KLIEN
  • Anjurkan klien dan anggota keluarganya
    metoda-metoda nonfarmakologis untuk menurunkan
    tekanan darah seperti, diet rendah lemak dan
    rendah garam, kontrol berat badan teknik
    relaksasi, olahraga, berhenti merokok, dan
    mengurangi minum alkohol (satu sampai dua oz
    perhari)
  • Nasehatkan klien bahwa antibipertensi
    (vasodilator) dapat menimbulkan rasa pusing
    akibat hipotensi ortostatik. Beritahu klien untuk
    berada dalam posisi duduk selama beberapa menit
    sebelum berdiri. Nasihatkan klien yang masih
    aktif seksualitas bahwa obat-obat antihipertensi
    dapat menimbulkan perubahan pada aktivitas
    seksual. Impotensi dapat terjadi.

57
  • Beritahu klien untuk patuh terhadap regimen obat,
    Penghentian obat antihipertensi yang secara
    tiba-tiba dapat menyebabkan hipertensi rebound
  • Beritahu klien atau anggota keluarganya untuk
    memeriksa tekanan darahnya. Ini akan membantu
    dalam menentukan efektivitas rogimen obat.
    Nasihatkan klien yang memakai metildopa bahwa
    warna urin dapat berubah menjadi gelap. Hal ini
    tidak berbahaya dan hanya berlangsung beberapa
    minggu.

58
  • Nasihatkan klien untuk melaporkan jika mengalami
    konstipasi. makanan tinggi serat, pelunak tinja
    dan menambah masukkan air (kecuali pada PJK)
    biasanya dianjurkan.
  • Nasihatkan klien untuk menghindari pemakaian
    obat-obat bebas tanpa terlebih dahulu
    memeriksakannya ke dokter. Banyak dari obat bebas
    memberikan peringatan untuk tidak dipakai jika
    terdapat hipertensi
  • Anjurkan klien untuk mengenakan gelang pengenal
    yang menunjukkan masalah kesehatan dan obat-obat
    yang dipakainya.
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com