OBAT ANALGETIK - PowerPoint PPT Presentation

1 / 18
About This Presentation
Title:

OBAT ANALGETIK

Description:

... kelainan pada regulasi elektrolit dan air (udem, hiperkalemia). Prostaglandin (PG) memelihara volume darah yang mengalir melalui ginjal (perfusi) ... – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:262
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 19
Provided by: word532
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: OBAT ANALGETIK


1
OBAT ANALGETIK ANTIPIRETIK
  • By Rina Yuniarti, S.Farm, Apt

2
Sistem saraf
  • 1. Sistem saraf Pusat
  • 2. Sistem saraf otonom

3
Obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat
dapat dibagi menjadi beberapa golongan besar
  • Psikofarmaka (Psikotropik)
  • Psikoleptika menekan atau mengambat
    fungsi-fungsi tertentu dari susunan saraf pusat
    yakni hipnotika, sedatif, dan transquilizer serta
    antipsikotika
  • Psiko-analeptik menstimulasi seluruh susunan
    saraf pusat yakni anti depresi dan
    psikostimulansia
  • Jenis obat untuk gangguan neurologis, seperti
    anti epileptika, multiple sclerosis dan parkinson
  • Jenis obat yang menghalau atau memblokir perasaan
    sakit, yauti analgetik, anastetik umum dan lokal
  • Jenis obat vertigo dan obat migrain

4
ANALGETIKA
  • Analgetika atau obat penghilang rasa nyeri adalah
    zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri
    tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan
    anastetika umum)
  • Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetik
    dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu
  • Analgetik perifer (non-narkotik), yang terdiri
    dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan
    tidak bekerja sentral.
  • Analgetik narkotik, khusus digunakan untuk
    menghalau nyeri hebat seperti pada kanker.

5
Penanganan Rasa Nyeri
  • Merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor
    nyeri perifer dengan analgetik perifer
  • Merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf
    sensoris, misal dengan anastetik lokal
  • Blokade pusat nyeri di susunan saraf pusat dengan
    analgetik sentral (narkotik) atau dengan
    anastetik umum.

6
ANALGETIK PERIFER
  • Parasetamol
  • Salisilat Asetosal, salisilamid, dan benorilat
  • Penghambat prostaglandin (NSAIDS) ibupropen
  • Derivat-derivat Pirazolinon aminofenazon
  • Derivat-derivat antranilat mefenaminat
  • Lainnya benzidamin

7
Penggunaan
  • Efek Analgetik
  • Meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
    mempengaruhi susunan saraf pusat atau menurunkan
    kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan
    (intensitas nyeri ringan sampai sedang)
  • Efek antipiretik
  • Obat-obat ini akan menurunkan suhu badan hanya
    pada keadaan demam. Daya antipiretiknya
    berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur
    kalor di hipotalamus yang mengakibatkan
    vasodilatasi perifer (di kulit) dan bertambahnya
    pengeluaran kalor dan disertai keluar keringat
    yang banyak.
  • Efek anti radang atau anti inflamasi
  • Analgetik juga memiliki daya anti radang,
    khususnya kelompok NSAIDS (Non-Steroid Anti
    Inflamasi Drugs) termasuk asetosal
  • Zat-zat ini digunakan untuk rasa nyeri yang
    disertai peradangan

8
Efek Samping
  • Efek samping yang paling umum adalah gangguan
    lambung-usus (salisilat, penghambat
    prostaglandinNSAIDS, derivat-derivat
    pirazolinon), kerusakan darah (parasetamol,
    salisilat, derivat antranilat, derivat
    pirazolinon), kerusakan hati dan ginjal
    (parasetamol, penghambat prostaglandin), dan juga
    reaksi alergi pada kulit.
  • Efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan
    lama atau dalam dosis tinggi.

9
ANALGETIK ANTI RADANG (NSAIDS)
  • NSAIDS (Non Steroid Anti InflamasiDrugs)
    berkhasiat analgetik, antipiretik dan anti radang
    dan sering digunakan untuk menghalau gejala
    penyakit rema, seperti arthritis rheumatica,
    artrosis.
  • Obat ini juga efektif untuk peradangan lain
    akkibat trauma (pukulan, benturan, kecelakaan).
    Juga pada setelah pembedahan atau memar akibat
    olah raga. Intinya obat ini mencegah pembengkakan
    bila diminum sedini mungkin dalam dosis yang
    cukup tinggi.

10
Penggolongan
  • Salisilat asetosal, benorilat dan diflunisal
  • Dosis anti radang 2-3 kali lebih tinggi dari
    pada dosis analgetik. Tetapi karena resiko efek
    samping sehingga jarang digunakan dalam obat
    rema.
  • Asetat diklofenak, alklofenak, indometasin,
    sulindac
  • Alklofenak jarang digunakan lagi karena
    menimbulkan reaksi kulit.
  • Indometasin termasuk obat yang terkuat daya anti
    radangnya. Tetapi lebih sering menyebabkan
    keluhan lambung.
  • Propionat Ibupropen, ketopropen, naproksen
  • Oxicam piroksikam, tenoxicam, meloxicam
  • Antranilat mefenaminat, nifluminat dan
    meclofenamic acid
  • Pirazolon (oxy) fenilbutazon, azapropazon
  • Lainnya Nabumeton, benzidamin kream 3,
    bufexamac kream 5
  • Benzidamin berkhasiat anti radang tetapi kkurang
    efektif pada gangguan rematik

11
Mekanisme Kerja
  • Cara kerja NSAIDS sebagian besar berdasarkan
    hambatan sintesa prostaglandin dimana kedua jenis
    ciklo-oksigenase diblokir
  • NSAIDS idealnya hanya menghambat
    ciklo-oksigenase II/COX-II (peradangan) dan tidak
    COX-I (perlindungan mukosa lambung)

12
Efek Samping
  • Efek ulcerogan mual, muntah, nyeri lambung,
    gastritis
  • Obat yang banyak menimbulkan keluhan lambung
    serius adalah indometasin, piroksikam.
  • Gangguan fungsi ginjal insufisiensi, kelainan
    pada regulasi elektrolit dan air (udem,
    hiperkalemia). Prostaglandin (PG) memelihara
    volume darah yang mengalir melalui ginjal
    (perfusi) karena terhambatnya sintesa PG maka
    perfusi dan laju filtrasi glomeruler berkurang
    dengan efek-efek tersebut.
  • Agregasi trombosit dikurangi, sehingga masa
    perdarahan dapat diperpanjang. Efek ini
    reversible kecuali asetosal.
  • Reaksi kulit ruam dan urtikaria (diklofenak dan
    sulindac)
  • Lain-lain bronkokontriksi, efek sentral,
    gangguan fungsi hati (diklofenak)

13
ANALGETIK NARKOTIK
  • Disebut juga OPIOIDA (mirip opiat) adalah zat
    yang bekerja terrhadap reseptor opioid khas di
    susunan saraf pusat (SSP) hingga persepsi nyeri
    dan respon emosional terhadap nyeri berubah
    (dikurangi).
  • Tubuh dapat mensintesa zat-zat opioidnya sendiri,
    yakni zat endorfin (adalah kelompok polipeptida
    endogen yang terdapat di cairan cerebrospinal
    (CCS) dan dapat menimbulkan efek yang menyerupai
    efek morfin).

14
Berdasarkan Kerjanya
  • Agonis Opiat
  • Alkaloid candu morfin, kodein, heroin,
    nicomorfin
  • Zat sintesis metadon dan derivat-derivatnya
    (propoksifen), petidin dan derivatnya serta
    tramadol
  • Cara kerja obat ini sama dengan morfin, hanya
    berbeda mengenai potensi dan lama kerjanya, efek
    samping serta resiko habituasi dan adiksi.
  • Antagonis Opiat Nalokson, nalorfin, pentazosin
  • Bila digunakan sebagai analgetik, obat ini dapat
    menduduki reseptor
  • Kombinasi
  • Zat ini juga dapat mengikat pada reseptor
    opioid, tetapi tidak mengaktivasi kerjanya dengan
    sempurna

15
Mekanisme Kerja
  • Endorfin bekerja dengan jalan menduduki
    reseptor-reseptor nyeri di susunan saraf pusat
    hingga perasaan nyeri dapat diblokir.
  • Khasiat analgetik opioida berdasarkan
    kemampuannya menduduki sisa-sisa reseptor nyeri
    yang belum ditempati endorfin.
  • Tetapi bila analgetik tersebut digunakan
    terus-menerus. Pembentukan reseptor-reseptor baru
    distimulasi dan produksi endorfin di ujung saraf
    di rintangi. Akibatnya terjadilah kebiasaan dan
    ketagihan.

16
Penggunaan
  • Tangga analgetik. WHO telah menyusun suatu
    program penggunaan analgetik untuk nyeri hebat
    (misal pada kanker), digolongkan dalam 3 kelas
  • Non-opioid NSAIDS, termasuk asetosal dan
    kodein
  • Opioida lemah d-propoksifen, tramadol dan
    kodein atau kombinasi parasetamolkodein
  • Opioida kuat morfin dan derivatnya serta zat
    sintesis opioida.
  • Pertama obat 4 dd 1 g Parasetamol (4 kali sehari
    1 gram parasetamol), bila efeknya kurang ke 4-6
    dd kodein 30-60 mg (bersama parasetamol). Bila
    tidak juga baru opioida kuat morfin (oral,
    subkutan, kontinu, IV). Tujuannya di buat suatu
    tangga pengobatan teresbut diatas untuk
    menghindari resiko habituasi dan adiksi untuk
    opioida.

17
Efek Samping Umum
  • Supresi SSP, mual sedasi, menekan pernafasan,
    batuk, pada dosis lebih tinggi mengakibatkan
    menurunnya aktivitas mental dan motoris.
  • Saluran cerna motilitas berkurang (obstipansi),
    kontraksi sfingter kandung empedu (kolik batu
    empedu)
  • Saluran urogenital retensi urin (karena naiknya
    tonus dari sfingter kandung kemih)
  • Saluran nafas bronkokontriksi, pernafasan
    menjadi lebih dangkal dan frekuensinya turun
  • Sistem sirkulasi vasodilatasi, hipertensi,
    bradikardia
  • Kebiasaan dengan resiko adiksi pada penggunaan
    lama.

18
TERIMA KASIH
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com