INTERAKSI OBAT-OBAT ANTI-INFLAMASI NONSTEROID (AINS) - PowerPoint PPT Presentation

1 / 135
About This Presentation
Title:

INTERAKSI OBAT-OBAT ANTI-INFLAMASI NONSTEROID (AINS)

Description:

Title: INTERAKSI OBAT-OBAT KARDIOVASKULAR Author: Gunawan Last modified by: Gunawan Created Date: 2/20/2001 3:15:22 AM Document presentation format – PowerPoint PPT presentation

Number of Views:1485
Avg rating:3.0/5.0
Slides: 136
Provided by: Gunaw
Category:

less

Transcript and Presenter's Notes

Title: INTERAKSI OBAT-OBAT ANTI-INFLAMASI NONSTEROID (AINS)


1
INTERAKSI OBAT-OBAT ANTI-INFLAMASI NONSTEROID
(AINS)
  • Dibagi 2 golongan
  • penghambat siklooksigenase (COX) ? pengobatan
    inflamasi
  • penghambat nonsiklooksigenase ? antirematik dan
    terapi GOUT

2
OBAT-OBAT AINS PENGHAMBAT COX
  • COX inhibitor meliputi antipiretik,
    anti-inflamasi, analgesik dan analgesik
    nonnarkotik.
  • AINS hanya untuk terapi simptomatik ? hanya
    menekan radang, panas atau nyeri ? untuk
    mengobati nyeri ringan hingga sedang, demam,
    artritis dan gangguan berupa radang, termasuk
    gout dan hiperurikemia.
  • Sebagian besar AINS efektif untuk terapi artritis
    rematoid, osteoartritis dan sindroma
    muskuloskeletal lokal seperti kesleo, otot kaku
    dan nyeri punggung.

3
Klasifikasi AINS
AINS selektif penghambat COX-2 selekoksib, Rofekoksib selekoksib, Rofekoksib selekoksib, Rofekoksib
AINS nonselektif Derivat salisilat Terasetilasi Aspirin, diflunisal
AINS nonselektif Derivat salisilat Tidak Terasetilasi Na-salisilat, Ca-salisilat, Mg-salisilat, salisil salisilat
AINS nonselektif Derivat asam asetat Derivat asam asetat Indometasin, Sulindak, diklofenak. Tolmetin, etodolak, ketorolak
AINS nonselektif Derivat asam propionat Derivat asam propionat Ibuprofen, naproksen, fenoprofen, ketoprofen, oksaprozin
AINS nonselektif Derivat asam fenamat Derivat asam fenamat Mefenamat, meklofenamat
AINS nonselektif Derivat pirazolon Derivat pirazolon Fenilbutazon
AINS nonselektif Asam enolat (oksikam) Asam enolat (oksikam) Piroksikam, meloksikam
AINS nonselektif Aminofenol Aminofenol Fenasetin, asetaminofen
4
Farmakodinamika
  • Prostaglandin mediator kimia penting dalam
    proses inflamasi.
  • Penghambatan biosintesis PG ? gangguan reaksi
    biokimia yang mengarah pada inflamasi.
  • Efek AINS melalui penghambatan sintesis
    prostaglandin (PG), melalui penghambatan enzim
    siklooksigenase yaitu enzim yang mengkatalisis
    pembentukan PG endoperoksida PGG2 dan PGH2 dari
    asam arakidonat.
  • ? Akibatnya sintesis semua PG dari endoperoksida
    ini dihambat.
  • Mekanisme anti-inflamasi yang lain adalah melalui
    penghambatan jalur lipoksigenase, tetapi bukan
    merupakan mekanisme kerja AINS.

5
  • Pengontrolan suhu tubuh di pusat
    termoregulatori di hipotalamus.
  • Pusat ini mengatur keseimbangan antara panas
    tubuh yang hilang dan panas yang diproduksi.
    Demam keseimbangan ini terganggu karena
    produksi panas yang berlebih.
  • Proses inflamasi dan atau adanya endotoksin
    bakteri menyebabkan pelepasan interleukin-1
    (IL-1) dari makrofag yang menginduksi sintesis PG
    tipe E di hipotalamus ? kemudian menyebabkan
    peningkatan suhu tubuh.
  • Obat AINS menghambat enzim siklooksigenase
    sehingga menghambat sintesis PGE ? dilatasi
    pembuluh darah diikuti turunnya suhu tubuh.

6
Efek samping
  • ? biasanya terjadi bila seseorang minum dosis
    tinggi dalam waktu yang lama.
  • Efek samping berupa gangguan saluran cerna,
    kulit, ginjal dan yang agak jarang gangguan di
    hati, darah dan sumsum tulang.
  • Efek samping yang sering adalah dispepsia, diare
    atau konstipasi, mual dan muntah ? berlanjut
    karena pemakaian kronis dapat terjadi erosi
    gastritis, tukak lambung dan perdarahan serius.
  • Mekanisme terjadinya efek samping adalah melalui
    penghambatan enzim siklooksigenase-1 sehingga
    menghambat sintesis PGE2 yang bertugas mengatur
    sekresi asam lambung dan perlindungan mukosa.

7
Interaksi obat AINS
  • Asetosal menggeser ikatan obat-protein AINS lain.
  • dengan heparin dan antikoagulan oral beresiko
    terjadi perdarahan ?karena AINS menghambat
    agregasi platelet dan menggeser antikoagulan dari
    ikatannya dengan protein sehingga terjadi efek
    potensiasi.
  • dengan sulfonamida, sulfonamida dari ikatannya
    dengan protein oleh salisilat? kadar sulfonamid
    bebas meningkat ? toksisitas.
  • dengan litium atau metotreksat meningkatkan
    toksisitas karena laju ekskresinya dikurangi
    sehingga kadar litium atau metotreksat plasma
    meningkat.
  • dengan probenesid juga perlu dimonitor karena
    bisa terjadi efek potensiasi.
  • dengan diuretik loop dan antihipertensi, karena
    pemakaian AINS bersama diuretik loop atau
    antihipertensi menurunkan efektivitas kedua obat
    ini.

8
Interaksi Asetosal
  • Heparin dan antikoagulan oral meningkatkan
    resiko perdarahan dan memperpanjang waktu
    pembekuan darah.
  • Antasida mengurangi laju absorpsi asetosal
  • Senyawa yang mengasamkan urin (vitamin C,
    Na-posfat, NH4Cl) menurunkan laju ekskresi asam
    salisilat dengan cara meningkatkan laju
    reabsorpsi.
  • Senyawa yang membasakan urin (metotreksat)
    meningkatkan laju eksresi asetosal.
  • Alkohol meningkatkan resiko perdarahan
  • Penisilin asetosal meningkatkan waktu paro
    penisilin karena berkompetisi dengan penislinpada
    transport aktif di tubulus renal.

9
Interaksi Asetosal
  • Vankomisin meningkatkan resiko ototoksisitas
  • ACE (angiotensin converting enzyme) inhibitor
    (kaptopril) menurunkan efek antihipertensi
  • Kortikosteroid meningkatkan laju ekskresi
    asetosal sehingga menurunkan kadar plasma
  • Penghambat karbonat anhidrase (asetazolamida)
    walaupun meningkatkan ekskresi asetosal juga
    mem-potensiasi toksisitasnya dengan menginduksi
    metabolik asidosis dan meningkatkan penetrasinya
    ke jaringan.
  • Metotreksat asetosal menurunkan laju ekskresi
    metotreksat sehingga meningkatkan kadar plasma
    dan toksisitasnya
  • Sulfonilurea (mis. Tolbutamid) dosis besar
    asetosal meningkatkan efek sulfonilurea.

10
Diflunisal
  • Diflunisal adalah derivat difluorofenil dari asam
    salisilat yang tidak dimetabolisme menjadi asam
    salisilat.
  • Obat ini lebih poten dari pada asetosal sebagai
    analgesik dan anti-inflamasi, tapi tidak punya
    efek antipiretik.

11
Interaksi Diflunisal
  • Antasida menurunkan kadar plasma diflunisal
  • AINS lain tidak boleh dipakai bersama AINS lain
    karena meningkatkan resiko iritasi dan perdarahan
    saluran cerna
  • Asetaminofen penggunaan bersama keduanya dalam
    jangka panjang dapat meningkatkan resiko
    kerusakan ginjal
  • Beta bloker mengurangi efek antihipertensi dari
    beta-bloker dan antihipertensi lain
  • Sefamandol, Sefoperazon, asam valproat
    meningkatkan resiko hipoprotrombinemia
  • Kolsikin, glukokortikoid, suplemen kalium,
    alkohol meningkatkan resiko resiko iritasi dan
    perdarahan saluran cerna

12
Interaksi Diflunisal
  • Siklosporin meningkatkan resiko nefrotoksisitas
  • Digoksin, metotreksat, fenitoin, insulin,
    antidiabetika oral atau diuretik loop
    peningkatan kadar plasma obat-obat tersebut
    sehingga meningkatkan toksisitas
  • Heparin, antikoagulan oral dan antitrombolitik
    meningkatkan waktu pembekuan darah dan resiko
    perdarahan
  • Probenesid meningkatkan kadar plasma diflunisal

13
Indometasin
  • Indometasin adalah derivat asam asetat indol yang
    20-30 kali lebih poten aktivitas analgesik,
    antipiretik dan anti-inflamasinya dibanding
    asetosal.
  • Semua senyawa yang berinteraksi dengan diflunisal
    berinteraksi juga dengan indometasin.

14
Interaksi Indometasin
  • Aminoglikosida meningkatkan resiko toksisitas
    aminoglikosida karena peningkatan kadar plasma
  • Depresan sumsum tulang belakang dapat
    meningkatkan efek leukopenia dan trombositopenia
    dari senyawa ini
  • Probenesid memperlama waktu paro indometasin
    sehingga meningkatkan toksisitas indometasin
  • Zidovudin pemakaian bersama keduanya
    meningkatkan efek samping keduanya
  • Litium meningkatkan kadar plasma dan toksisitas
    litium
  • Inhibitor agregasi platelet meningkatkan resiko
    iritasi saluran cerna dan perdarahan
  • Diflunisal meningkatkan kadar plasma dan
    toksisitas indometasin.

15
Diklofenak
  • Diklofenak adalah derivat asam fenilasetat yang
    efek analgesik, antipiretik dan anti-inflamasinya
    sebanding dengan indometasin.
  • Kerjanya bukan saja melalui penghambatan enzim
    siklooksigenase tapi juga mampu menurunkan
    bioavailabilitas asam arakidonat dengan
    meningkatkan konversinya menjadi trigliserida.
  • Seperti halnya AINS lain diklofenak diabsorpsi
    dengan cepat setelah pemakaian oral dan mengalami
    first pass metabolism sehingga bioavailabilitasnya
    di sistemik tinggal 50.

16
Interaksi Diklofenak
  • Diklofenak berinteraksi dengan simetidin dimana
    terjadi peningkatan kadar plasma diklofenak.
    Simetidin (suatu agonis reseptor histamin-2) juga
    berikatan dengan sitokrom P450 dan mengurangi
    aktivitas enzim oksidase hepatik.
  • Diklofenak juga berinteraksi dengan obat-obat
    yang berinteraksi dengan indometasin.

17
Ibuprofen
  • Ibuprofen adalah derivat asam fenilpropionat,
    yang mempunyai aktivitas analgesik,
    anti-inflamasi dan antipiretik.

18
Interaksi Ibuprofen
  • Asetaminofen penggunaan keduanya dalam jangka
    panjang meningkatkan resiko nefrotoksisitas
  • Antihipertensi menurunkan efektivitas
    antihipertensi
  • Alkohol dan AINS lain meningkatkan resiko
    perdarahan dan efek samping saluran cerna
  • Depresan sumsum tulang belakang meningkatkan
    efek leukopenia dan trombositopenia.
  • Sefamandol, sefoperazon dan asam valproat
    meningkatkan resiko hipoprotrombinemia, tukak dan
    perdarahan.
  • Kolsikin, penghambat agregasi platelet ,
    kortikosteroid, suplemen kalium meningkatkan
    resiko efek samping dan perdarahan saluran cerna

19
Interaksi Ibuprofen
  • Siklosporin resiko nefrotoksisitas, juga
    berakibat meningkatnya kadar plasma siklosporin.
  • Digoksin meningkatkan kadar plasma digoksin
    sehingga meningkat pula toksisitasnya.
  • Diuretik (termasuk diuretik hemat kalium dan
    tiazida) menurunkan efektivitas diuretik.
  • Heparin, antikoagulan oral dan trombolitik
    meningkatkan efek antikoagulan sehingga resiko
    perdarahan meningkat
  • Insulin dan antidiabet oral Peningkatan efek
    hipoglikemik
  • Litium peningkatan kadar plasma litium
  • Metotreksat ibuprofen dan AINS lain
    dikontraindikasikan untuk pasien yang diterapi dn
    metotreksat karena kombinasi ini dapat menurunkan
    klirens metotreksat sehingga meningkatkan resiko
    toksisitas metotreksat.
  • Probenesid peningkatan kadar palsma dan
    toksisitas ibuprofen

20
Naproksen
  • Naproksen adalah derivat asam fenilpropionat yang
    mempunyai aktivitas anti-inflamasi, analgesik dan
    antipiretik.
  • Waktu paronya cukup panjang sehingga memungkinkan
    diberikan satu atau dua kali sehari.
  • Naproksen mengalami metabolisme fase I dan II dan
    diekskresi dalam bentuk konjugat tak aktif atau
    asam bebasnya.
  • Efek samping saluran cerna kurang dari asetosal
    tapi dua kali lipat efek samping ibuprofen.
  • Interaksi obat dengan naproksen sama dengan AINS
    lain.

21
Asam fenamat
  • Asam mefenamat dan meklofenamat adalah derivat
    asam fenamat.
  • Efek anti-inflamasi dihasilkan karena kemampuan
    penghambatan siklooksigenase dan posfolipase.
    Keduanya menalami metabolisme fase I dan II.
    Metabolit konjugat diekskresikan lewat urin dan
    metabolut tak-terkonjugasi diekskresikan lewat
    feses.
  • Efek anti-inflamasi tidak terlalu kuat dibandin
    AINS lain. Interaksi obat sama dengan AINS lain.
  • Efek samping salauran cerna lebih parah dan
    sering dibanding AINS lain sehingga golongan ini
    jarang digunakan secara luas.

22
Oksikam (asam enolat)
  • Meloksikam
  • Golongan enolkarboksamida, suatu derivat oksikam.
  • Penghambat COX 1 dan -2 tapi lebih selektif
    terhadap COX-2.
  • Absorpsinya lambat, sedang waktu paronya panjang.
  • Efek samping dan interaksi obat sama dengan AINS
    lain.
  • Diketahui meloksikam dapat menurunkan efek
    diuretik dari furosemid.

23
Piroksikam
  • Piroksikam menghambat COX-1 dan -2 secara tidak
    selektif. Pada konsentrasi tinggi mampu
    menghambat migrasi leukosit PMN
    (polymorphonuclear).
  • Piroksikam diabsorpsi dengan cepat, dan karena
    mengalam sirkulasi enterohepatik maka waktu
    paronya sangat panjang sehingga bisa diberikan
    satu kali sehari.
  • Efek samping dan interaksi obat sama dengan AINS
    lain.

24
Asetaminofen
  • Asam mefenamat dan meklofenamat adalah derivat
    asam fenamat.
  • Efek anti-inflamasi dihasilkan karena kemampuan
    penghambatan siklooksigenase dan posfolipase.
  • Keduanya mengalami metabolisme fase I dan II.
    Metabolit konjugat diekskresikan lewat urin dan
    metabolut tak-terkonjugasi diekskresikan lewat
    feses.
  • Efek anti-inflamasi tidak terlalu kuat dibanding
    AINS lain. Interaksi obat sama dengan AINS lain.
  • Efek samping salauran cerna lebih parah dan
    sering dibanding AINS lain sehingga golongan ini
    jarang digunakan secara luas.

25
Interaksi Asetaminofen
  • Kontrasepsi oral penurunan efek asetaminofen
  • Propanolol peningkatan aktivitas asetaminofen
  • Antikolinergik Antikolinergik memperlama
    absorpsi asetaminofen sehingga menunda onset of
    action.
  • Barbiturat, hidantoin, rifampisin, sulfinpirazon,
    isoniazid dan karbamazepin menurunkan efek dan
    meningkatkan toksisitas asetaminofen
  • Probenesid peningkatan efek asetaminofen
  • Diuetik loop menurunkan efek diuretik
  • Zidovudin penurunan efek zidovudin.

26
Selekoksib (Celecoxib)
  • Celekoksib adalah derivat pirazol yang selektif
    menghambat COX-2.
  • Celekoksib diabsorpsi dengan baik dan sangat
    terikat protein.
  • Karena tidak menghambat COX-1 efek samping
    saluran cerna sangat minimal dibanding AINS lain.

27
Interaksi Selekoksib (Celecoxib)
  • ACE-inhibitor penurunan efek antihipertensi
  • Asetosal peningkatan resiko komplikasi dan
    perdarahan saluran cerna
  • Litium peningkatan kadar plasma litium
  • Antikoagulan oral Selekoksib mem-potensiasi
    efek warfarin sehingga meningkatkan waktu
    pembekuan darah dan resiko perdarahan.
  • Flukonazol peningkatan kadar plasma selekoksib
  • Furosemid dan diuretik tiazid penurunan efek
    diuretik sehingga meningkatkan resiko gagal
    ginjal

28
Rofekoksib (Rofecoxib)
  • Rofekoksib adalah derivat furan yang selektif
    terhadap COX-2, mempunyai efek anti-inflamasi,
    analgesik dan antipiretik.
  • Interaksi rofekoksib sama dengan selekoksib

29
Interaksi Rofekoksib (Rofecoxib)
  • Metotreksat peningkatan kadar plasma
    metotreksat
  • Rifampisin penurunan kadar plasma rofekoksib,
    bisa juga menjadi tidak efektif
  • Simetidin peningkatan kadar plasma rofekoksib.

30
OBAT-OBAT ANTIREMATIK PEMODIFIKASI
PENYAKIT(DMARs Disease-Modifying Antirheumatic
Drugs)
31
Golongan Contoh obat
Imunosupresan Metotreksat, siklosporin, azatioprin, leflunomid
Antimalaria Klorokuin, hidroksiklorokuin
Senyawa pengalkil Klorambusil, siklofosfamid
Emas Aurotiomalat, aurotioglukosa
Anti-TNF-a Infliksimab, etanersep
Antagonis reseptor interleukin Anakinra
Lain-lain Penisiliamin, sulfasalazin
32
Obat-obat Imunosupresan
33
Metotreksat
  • Metotreksat adalah senyawa antineoplastik dan
    imunimodulasi yang bekerja melalui berbagai
    mekanisme.
  • Sebagai senyawa analog asam folat, metotreksat
    menghambat dihidrofolat reduktase, sehingga
    membatasi ketersediaan tetrahidrofolat untuk
    sintesis DNA. Akibatnya replikasi limfosit T dan
    sel-sel lain yang terlibat dalam proses inflamasi
    dihambat.
  • Selain itu metotreksat menghambat migrasi sel PMN
    ke tempat inflamasi dan mengurangi produksi
    radikal bebas dan beberapa sitokin.
  • Metotreksat diabsorpsi sekitar 70 bila dipakai
    per oral. Efek samping saluran cerna meliputi
    tukak kolitis, diare, mual, tukak mukosa,
    sitopenia, di samping efek samping
    hepatotoksisitas hingga sirosis hati.

34
Interaksi Metotreksat
  • Depresan sumsum tulang belakang potensiasi efek
    keduanya.
  • Asam folat penurunan efek metotreksat
  • Senyawa hepatotoksik peningkatan resiko
    hepatotoksik
  • Neomisin penurunan absorpsi metotreksat
  • AINS konvensional peningkatan toksisitas
    metotreksat
  • Sulfonamida peningkatan resiko hepatotoksik
  • Vaksin peningkatan resiko infeksi.

35
Siklosporin
  • Siklosporin adalah suatu imunosupresan yang
    bekerja dengan menghambat proliferasi limfosit T,
    menghambat pelepasan interleukin-2 (IL-2) dan
    TNF-a (tumor necrosis factor).
  • Efek sampingnya adalah nefrotoksisitas, gangguan
    hati dan limfoma.

36
Interaksi Siklosporin
  • Siklosporin berinteraksi dengan aminoglikosida,
    amfoterisin B, pemblok kanal Ca, eritromisin dan
    antibiotik lain, kontrasepsi oral, kolkhisin,
    sulfonamida, digoksin, antihiperlipidemia
    golongan statin, berbagai AINS, probucol,
    terbinafin dan metoklopramid. Sebagian besar
    interaksi di atas menghasilkan peningkatan
    toksisitas terutama nefrotoksisitas.

37
Azatioprin
  • Azatioprin merupakan suatu analog purin yang
    metabolit utamanya, asam 6-tioinosinat,
    menghambat sintesis asam inosinat dan menekan
    fungsi sel T dan B.
  • Seperti imunosupresan lain efek samping utama
    berupa depresi sumsum tulang, peningkatan resiko
    infeksi.

38
Interaksi Azatioprin
  • Azatioprin berinteraksi dengan ACE inhibitor,
    obat-obat yang mempengaruhi sumsum tulang,
    alopurinol, antikoagulan, metotreksat,
    siklosporin dan pemblok neuromuskuler.

39
Senyawa pengalkil
  • Senyawa pengalkil yang banyak digunakan untuk
    terapi artritis rematoid adalah klorambusil dan
    siklofosfamid, yang bekerja dengan cara
    mengganggu replikasi melalui crosslinking pada
    DNA.
  • Efek sampingnya meliputi leukemia, infertilitas
    dan supresi sumsum tulang.

40
Interaksi Senyawa pengalkil
  • Klorambusil berinteraksi dengan antikoagulan,
    barbiturat, digoksin, senyawa imunosupresan,
    inhibitor platelet, salisilat dan vaksin.

41
Obat-obat antimalaria
  • Klorokuin dan metabolit utamanya,
    hidroksiklorokuin merupakan antimalaria yang
    digunakan untuk terapi artritis rematoid, karena
    mampu menurunkan migrasi leukosit dan aktivitas
    asam hidrolase dan fungsi limfosit T, selain juga
    mampu menghambat sintesis DNA.

42
Interaksi Obat-obat antimalaria
  • Klorokuin dan metabolit utamanya,
    hidroksiklorokuin berinteraksi dengan digoksin,
    kaolin dan penisilamin.
  • Klorokuin juga berinteraksi dengan simetidin dan
    vaksin rabies.

43
Sulfasalazin
  • Sulfasalazin termasuk golongan sulfonamida,
    merupakan suatu prodrug yang dimetabolisme
    menjadi asam 5-aminosalisilat dan sulfapiridin.
  • Efek sampingnya meliputi ruam, mual, muntah,
    depresi, sakit kepala, kelelahan, dan yang jarang
    terjadi agranulositosis aplastis dan leukopenia.

44
Interaksi Sulfasalazin
  • Depresan sumsum tulang peningkatan efek
    leukopenia dan trombositopenia keduanya.
  • Obat-obat hepatotoksik peningkatan
    hepatotoksisitas
  • Metotreksat potensiasi efek metotreksat
  • Asam folat peningkatan absorpsi asam folat
  • Digoksin penghambatan absorpsi digoksin
    sehingga membatasi bioavailabilitasnya
  • Hidantoin, kontrasepsi oral dan antidiabetik oral
    potensiasi efek dan toksisitas obat-obat
    tersebut.

45
OBAT-OBAT UNTUK TERAPI GOUT
  • Terapi serangan gout akut
  • segera mengurangi inflamasi, baik dengan
    inhibitor COX atau dengan kolkhisin.
  • Terapi serangan gout kronis
  • menjaga kadar asam urat di bawah jenuh (lt 6
    mg/dL) dan mencegah terakumulasi di jaringan. Hal
    ini dapat dilakukan dengan mengurangi laju
    produksi asam urat dengan alopurinol atau
    meningkatkan laju ekskresi asam urat dengan
    senyawa urikosurik.

46
Indometasin
  • Indometasin merupakan AINS pilihan untuk terapi
    gout akut, karena selain menghambat
    siklooksigenase juga menghambat fagositosis
    kristal urat. Indometasin sudah dibahas di bagian
    sebelumnya.

47
Kolkhisin
  • Kolkhisin terbukti efektif mengatasi nyeri dan
    inflamasi pada serangan gout akut.
  • Mekanisme kerjanya melalui pengikatan protein
    tubulin dari sel dalam sistem imunitas (mis. PMN)
    sehingga mengganggu migrasi, fagositosis dan
    pelepasan mediator kimia seperti leukotrien.
  • Efek samping meliputi diare, mual, rambut rontok
    dan depresi sumsum tulang.
  • Kolkhisin berinteraksi dengan antikoagulan,
    antineoplastik, siklosporin, AINS dan vitamin B12.

48
Alopurinol
  • Alopurinol adalah suatu analog purin, yang
    menghambat sintesis asam urat dengan jalan
    menghambat secara kompetitif enzim xantin
    oksidase.
  • Akibatnya kadar asam urat dalam plasma turun dan
    meningkatkan kadar xantin dan hipoxantin yang
    lebih mudah larut dalam darah dan mudah
    terekskresi.
  • Efek samping utama adalah intoleransi saluran
    cerna, diare, mual dan muntah.
  • Interaksi alopurinol mempotensiasi efek
    6-merkaptopurin, azatioprin, dikumarol dan
    warfarin. Selain itu juga berinteraksi dengan ACE
    inhibitor, amoksisilin, ampisilin, klorpropamid,
    siklofosfamid, diuretik tiazid dan vitamin C
    (bila diminum dalam dosis tinggi).

49
Senyawa urikosurik
  • Senyawa urikosurik adalah senyawa yang pada
    kadar tinggi mampu meningkatkan laju ekskresi
    asam urat dengan menghambat reabsorpsinya pada
    tempat transpor aktifnya di tubulus proximalis.
  • Hasilnya adalah penurunan kadar plasma. Contohnya
    adalah probenesid dan sulfinpirazon.
  • Probenesid adalah derivat sulfonamid.
  • Probenesid dapat meningkatkan efek berbagai obat,
    antara lain asiklovir, alopurinol,
    antineoplastik, zidovudin, tiopental,
    sulfonilurea, rifampisin, sulfonamid, riboflavin,
    Na-aminosalisilat, sefalosporin, siprofloksasin,
    klofibrat, dapson, gansiklovir, imipenem,
    metotreksat, nitrofurantoin, norfloksasin,
    penisilin, pirazinamid, furosemid, lorazepam,
    AINS, dengan cara memperlama ekskresinya dari
    ginjal.

50
INTERAKSI OBAT-OBAT ANTIMIKROBA
51
Klasifikasi berdasar mekanisme kerja Klasifikasi berdasar struktur kimia Contoh
Menghambat sintesis dinding sel ?-laktam, azol. Penisilin, sefalosporin, vankomisin, sikloserin, basitrasin, antifungi azol (klotrimazol, flukonazol, itrakonazol, ketokonazol)
Mempengaruhi permeabilitas membran sel bakteri ? kebocoran senyawa intraselular Deterjen, poliene Polimiksin, antifungal poliene (nistatin, amfoterisin B)
Mempengaruhi fungsi subunit ribosom sehingga terjadi inhibisi reversibel terhadap sintesis protein Makrolida, tetrasiklin Kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida (eritromisin, klaritromisin, azitromisin, klindamisin.
52
Klasifikasi berdasar mekanisme kerja Klasifikas berdasar struktur kimia Contoh
Mengikat subunit ribosom sehingga mengganggu sintesis protein ? kematian bakteri Aminoglikosida Aminoglikosida (gentamisin, tobramisin, kanamisin, streptomisin), spektinomisin.
Menghambat metabolisme asam nukleat bakteri melalui penghambatan polimerase atau topoisomerase Rifamisin, Kuinolon Rifamisin (rifampisin, rifabutin, rifapentin), kuinolon
Antimetabolit memblok enzim esensial untuk metabolisme folat Sulfonamida Trimetoprim/sulfametoksazol, sulfonamida.
Antiviral Nukleosida piridin Asiklovir, gansiklovir, zidovudin, arimantadin dsb.
53
INTERAKSI ANTIMIKROBA
  • Obat-obat psikotropik ? banyak berinteraksi
    dengan antimikroba.
  • Contoh senyawa antifungal, itrakonazol (
    inhibitor sitokrom). Kadar plasma haloperidol
    meningkat pada pasien skizoprenia yang
    mendapatkan itrakonazol ? efek samping
    neurologikal.
  • Kadar plasma alprazolam meningkat bila
    digunakan bersama dengan itrakonazol ?
    menyebabkan depresi fungsi psikomotor yang
    signifikan.
  • Obat-obat gangguan saluran cerna seperti antasida
    dan pemblok reseptor H2 (mis. Ranitidin)
    mempengaruhi bioavailabilitas beberapa
    antimikroba.

54
Interaksi penting golongan beta laktam dan azol
  • Sefalosporin furosemid Efek nefrotoksisitas
    cefaloridin meningkat. Diduga furosemid
    meningkatkan insiden nekrosis tubuler, sehingga
    terjadi penurunan klirens dan peningkatan kadar
    plasma cefaloridin. Sedangkan cefaloridin sendiri
    nefrotoksik.

55
Interaksi penting golongan beta laktam dan azol
  • Sefalosporin probenesid Kadar plasma beberapa
    sefalosporin )cefalotin, cefalexin, cefamandol,
    cefazolin, dll) ditingkatkan oleh probenesid.
    Probenesid menghambat ekskresi via ginjal
    sebagian besar sefalosporin dengan kompetisi
    mekanisme ekskresi. Sehingga resiko nefrotoksik
    meningkat

56
Interaksi penting golongan beta laktam dan azol
  • Ketokonazol antikonvulsan
  • Kadar serum ketokonazol diturunkan oleh fenitoin
    (suatu induktor enzim) sehingga meningkatkan
    metabolisme dan klirens ketokonazol ? perlu
    peningkatan dosis ketokonazol.

57
  • Ketokonazol inhibitor pompa proton
  • Omeprazol menurunkan asiditas lambung sehingga
    menurunkan bioavailabilitas ketokonazol.
  • Ketokonazol adalah suatu basa sukar larut yang
    harus diubah oleh asam menjadi garam HCl yang
    larut. Senyawa yang mengurangi sekresi gastrin
    seperti inhibitor pompa proton, antagonis H2 dan
    antasid, meningkatkan pH lambung sehingga
    kelarutan dan absorpsi ketokonazol berkurang.
  • Sebaliknya terjadi peningkatan kadar plasma
    omeprazol karena hambatan metabolisme omeprazol.

58
  • Ketokonazol rifampisin
  • Kadar serum ketokonazol berkurang 50-90,
    sedangkan kadar serum rifampisin berkurang 50.
  • Tapi interaksi tidak terjadi bila keduanya
    diberikan selang waktu 12 jam.
  • Mekanisme terjadi peningkatan laju metabolisme
    di hati karena keduanya adalah induktor enzim.

59
Interaksi golongan poliena
  • Amfoterisin kortikosteroid terjadi kehilangan
    K dan retensi garam air ? efek samping terhadap
    fungsi jantung.
  • Data klinis 4 pasien yang mendapat amfoterisin
    bersama 25-40 mg hidrokortison per hari
    menunjukkan pembengkakan jantung gejala gagal
    jantung. Ukuran jantung mengecil kondisi gagal
    jantung menghilang 2 minggu setelah hidrokortison
    dihentikan.

60
Interaksi golongan poliena
  • Amfoterisin menyebabkan hilangnya K lewat urin,
    sedang hidrokortison menyebabkan hilangnya K dan
    retensi garam air ? kombinasi keduanya
    menyebabkan hipokalemia dan overload sirkulasi
    darah.
  • Monitor keseimbangan elektrolit dan cairan serta
    fungsi jantung selama kombinasi kedua obat ini.

61
Interaksi golongan makrolida tetrasiklin
  • Kloramfenikol simetidin Terjadi anemia
    aplastis pada pasien setelah mendapat kombinasi
    keduanya (secara iv)selama 18 hari.
  • Mekanisme terjadi adisi efek depresan sumsum
    tulang.

62
Interaksi golongan makrolida tetrasiklin
  • Kloramfenikol fenobarbital Terjadi penurunan
    kadar plasma kloramfenikol dan peningkatan kadar
    plasma fenobarbital.
  • Mekanisme Fenobarbital adalah senyawa
    penginduksi enzim hati yang poten ? meningkatkan
    metabolisme dan klirens kloramfenikol ? kadar
    plasma dan efeknya dikurangi.
  • Sebaliknya, kloramfenikol adalah penghambat
    enzim hati yang poten ? menghambat metabolisme ?
    meningkatkan efek barbital.

63
Interaksi golongan makrolida tetrasiklin
  • Eritromisin simetidin simetidin meningkatkan
    kadar plasma eritromisin hampir 2 x lipat.
  • Kasus klinis terjadi ketulian pada pasien yang
    mendapat eritromisin 1 g/hari bersama simetidin
    400 mg 2 xsehari. Gangguan pendengaran hilang 5
    hari setelah eritromisin dihentikan.
  • Mekanisme simetidin adalah penghambat
    demetilasi eritromisin sehingga metabolisme
    dihambat ? kadar serum naik. Ketulian adalah efek
    samping eritromisin yang terjadi karena naiknya
    kadar eritromisin hingga MTC.

64
Interaksi golongan makrolida tetrasiklin
  • Eritromisin senyawa peng-asam atau pem-basa
    urin Pada pengobatan infeksi saluran urin,
    aktivitas antibakteri eritromisin maksimal pada
    urin basa dan minimal pada urin asam.
  • Mekanisme pH urin tidak mempengaruhi kerja
    ginjal terhadap eritromisin, tapi berpengaruh
    langsung terhadap kerja eritromisin terhadap
    bakteri. Diduga terjadi induksi mekanisme
    transpor aktif pada dinding sel bakteri dan
    perubahan ionisasi bakteri sehingga lebih mudah
    melewati. dinding sel bakteri.
  • Jadi aktivitas eritromisin dapat ditingkatkan
    dengan membasakan aurin ( dengan asetazolamida
    atau NaHCO3)

65
Interaksi golongan makrolida tetrasiklin
  • Eritromisin senyawa peng-asam atau pem-basa
    urin Pada pengobatan infeksi saluran urin,
    aktivitas antibakteri eritromisin maksimal pada
    urin basa dan minimal pada urin asam.
  • Mekanisme pH urin tidak mempengaruhi kerja
    ginjal terhadap eritromisin, tapi berpengaruh
    langsung terhadap kerja eritromisin terhadap
    bakteri. Diduga terjadi induksi mekanisme
    transpor aktif pada dinding sel bakteri dan
    perubahan ionisasi bakteri sehingga lebih mudah
    melewati. dinding sel bakteri.
  • Jadi aktivitas eritromisin dapat ditingkatkan
    dengan membasakan aurin ( dengan asetazolamida
    atau NaHCO3)

66
Interaksi golongan aminoglikosida
  • Aminoglikosida Pemblok kanal Ca Verapamil
    melindungi ginjal dari kerusakan akibat
    gentamisin.
  • Aminoglikosida sefalosporin Efek nefrotoksik
    gentamisin dan tobramisin ditingkatkan pada
    pemakaian bersama sefalosporin.
  • Aminoglikosida furosemid Pemakaian bersama
    dapat mengakibatkan nefrotoksisitas dan
    ototoksisitas.
  • Furosemid meningkatkan kerusakan ginjal yang
    diinduksi aminoglikosida.

67
Interaksi golongan rifamisin dan kuinolon
  • Rifampisin antasida Absorpsi rifampisin
    dikurangi hingga 1/3 pada pemakaian bersama
    antasid.
  • Mekanisme Peningkatan pH lambung karena
    antasid mengurangi disolusi rifampisin sehingga
    mengurangi absorpsinya. Al juga dapat membentuk
    khelat tak larut dengan rifampsisn, sedang Mg
    trisilikat dapat mengadsobsi rifampisin.

68
Interaksi golongan rifamisin dan kuinolon
  • Kuinolon (siprofloxasin, ofloxasin, pefloxasin,
    dll) antasida Kadar serum berbagai kuinolon
    berkurang pada pemakaian bersama antasida Al dan
    Mg ? beri interval 2-6 jam.
  • Mekanisme gugus fungsi tertentu (3-karbonil
    4-oxo) pada antibiotik dapat membentuk khelat tak
    larut dengan Al dan Mg sehingga mengurangi
    absorpsinya. Khelat yang terbentuk relatif tidak
    aktif sebagai antibakteri.

69
Interaksi golongan rifamisin dan kuinolon
  • Kuinolon probenesid Kadar serum cinoxasin,
    fleroxasin, siprofloksasin dan asam nalidiksat
    meningkat oleh probenesid ? ekskresi urin
    dihambat oleh probenesid.
  • Pemberian 1 g probenesid 30 menit sebelum 500 mg
    siprofloksasin menurunkan klirens renal
    siprofloksasin hingga 50, tapi parameter
    farmakokinetik lain tidak berubah (AUC, kadar
    plasma) sehingga tidak terjadi akumulasi
    siprofloksasin.
  • Tetapi interaksi terjadi dengan asam nalidiksat.

70
Interaksi golongan sulfonamida
  • Kotrimoxazol asam folat Efek asam folat untuk
    terapi anemia megaloblastis dikurangi oleh
    kotrimoxazol.
  • Kasus klinis 4 pasien anemia megaloblastis
    yang diterapi dengan asam folat sambil mendapat
    kotrimoxazol ? terapi gagal dan baru menunjukkan
    keberhasilan setelah kotrimoxazol dihentikan.
  • Mekanisme diduga kotrimoxazol mengganggu
    metabolisme asam folat dalam tubuh

71
Interaksi golongan antiviral
  • Asiklovir simetidin atau probenesid
  • Simetidin probenesid meningkatkan kadar plasma
    asiklovir.
  • Peningkatan AUC asiklovir disebabkan reduksi
    klirens renalnya karena kompetisi sekresi di
    tubulus ginjal.

72
INTERAKSI OBAT-OBAT KARDIOVASKULAR
73
ANTIARITMIA
  • Aritmia gangguan laju ritme jantung ?
    disebabkan penyakit atau pemakaian obat-obat
    tertentu.
  • Penggolongan
  • Kelas I pemblok kanal na (kuinidin,
    prokainamid, disopiramid, dsb)
  • Kelas II pemblok reseptor ß-adrenergik
    (propanolol, timolol, metoprolol, dsb)
  • Kelas III pemblok kanal K memperpanjang
    depolarisasi (amiodaron, sotalol, bretilium,
    ibutilid)
  • Kelas IV pemblok kanal kalsium (verapamil,
    diltiazem)

74
Interaksi kuinidin
  • Obat-obat yang menginduksi enzim hepatik (
    fenobarbital, fenitoin) ? memperpendek durasi
    aksi kuinidin karena peningkatan laju
    metabolisme.
  • Kuinidin meningkatkan kadar serum digoxin
    (menurunkan klirens, volume distribusi dan
    afinitas digoxin terhadap reseptor jaringan) dan
    digitoxin (dengan menurunkan total klirens
    digitoxin)

75
Interaksi flekainid
  • Simetidin mengurangi klirens flekainid total
    sebesar 13-27 dan memperpanjang waktu paro
    eliminasi pada orang sehat.
  • Pemberian flekainid bersama digoksin meningkatkan
    kadar digoksin
  • Pemberian bersama propanolol menaikkan kadar
    plasma keduanya.

76
Interaksi lidokain
  • Beta bloker dapat mengurangi aliran darah hati
    pada penderita jantung dan akan menyebabkan
    penurunan kecepatan metabolisme lidokain sehingga
    meningkatkan kadar plasma.
  • Obat-obat yang bersifat basa dapat menggeser
    lidokain dari ikatannya dengan asam
    a-1-glikoprotein.
  • Kadar lidokain plasma meningkat pada pasien yang
    diterapi simetidin, sehingga selama pemberian
    simetidin perlu penyesuaian dosis lidokain.
  • Lidokain dapat memperkuat efek suksinilkolin

77
Interaksi amiodaron
  • Amiodaron menghambat aktivitas enzim hepatik ?
    mengurangi metabolisme antikoagulan, antiaritmia
    lain, fenitoin dan siklosporin.
  • Kadar flekainid meningkat hingga 60 pada
    pemakaian bersama dengan amiodaron, karena
    penurunan metabolisme dan/atau klirens renal dari
    flekainid.
  • Kadar kuinidin meningkat hingga 60 pada
    pemakaian bersama dengan amiodaron, karena
    penurunan metabolisme dan/atau klirens renal dari
    kuinidin, juga penggeseran kuinidin dari
    ikatannya dengan protein.
  • Kadar prokainamid meningkat hingga 55 pada
    pemakaian bersama dengan amiodaron, diduga karena
    penurunan metabolisme dan/atau klirens renal dari
    prokainamid.

78
Interaksi amiodaron
  • Pemakaian amiodaron bersama beta bloker atau
    pemblok kanal Ca akan menyebabkan bradikardi dan
    sinus arrest.
  • Amiodaron meningkatkan kadar plasma digoxin.
  • Pemakaian bersama amiodaron dengan kumarin atau
    warfarin menyebabkan peningkatan waktu pembekuan
    darah, sehingga perlu penurunan dosis
    antikoagulan.
  • Pemakaian bersama amiodaron dengan fenitoin bisa
    menimbulkan toksisitas fenitoin karena
    pengurangan metabolisme fenitoin.

79
PENGHAMBAT RESEPTOR ADRENERGIK
80
. Penghambat reseptor adrenergik ß (beta bloker)
  • Antagonis ß-adrenergik mempu berikatan dengan
    reseptor adrenergik-ß, sehingga dapat menggeser
    ikatan reseptor ini dengan senyawa-senyawa
    endogen seperti epinefrin dan norepinefrin. Beta
    bloker secara luas digunakan untuk terapi
    bermacam penyakit kardiovaskular seperti angina
    pektoris, hipertensi, infark miokardial akut,
    gagal jantung karena disfungsi sistol atau
    diastol dan terapi aritmia. Contoh dari beta
    bloker antara lain propanolol, metoprolol,
    atenolol, pindololm dll.

81
Interaksi beta bloker
  • Penurunan absorpsi
  • Absorpsi propanolol diturunkan oleh antasida dan
    kolestiramin (juga kolestipol)? minum propanolol
    1 jam sebelum obat-obat tersebut.
  • Perubahan metabolisme
  • Simetidin menghambat enzim sitokrom ?
    menurunkan metabolisme propanolol ? peningkatan
    kadar plasma .
  • Obat-obat lain yang poten menghambat enzim ini
    sehingga menghambat metabolisme propanolo adalah
    kuinidin, propafenon, klorpromazin, flekainid,
    fluoksetin dan antidepresan trisiklik. Sebaliknya
    propanolol juga menghambat metabolisme hepatik
    dan meningkatkan kadar plasma obat-obat lain
    (flekainid, lidokain, nifedipin) melalui
    penurunan aliran darah ke hati.

82
Obat Efek yang dihasilkan Pengatasan
Absorpsi Absorpsi Absorpsi
Aluminium Penurunan adsorpsi ß-bloker dan penurunan efek terapetik Menghindari kombinasi Al dan ß-bloker
Klosetiramin, kolestipol Penurunan adsorpsi ß-bloker dan penurunan efek terapetik Menghindari kombinasi kolestiramin dan ß-bloker
Metabolisme Metabolisme Metabolisme
Simetidin Memperpanjang waktu paro propanolol Kombinasi harus dengan pengawasan
Aminofilin Inhibisi metabolisme propanolol Observasi respon pasien
Lidokain Pretreatment dengan propanolol meningkatkan kadar lidokain dan toksisitas potensialnya Kombinasi harus dengan perngawasan, gunakan dosis lidokain lebih rendah
Rifampisin Peningkatan metabolisme ß-bloker Observasi respon pasien
83
Interaksi farmakodinamik Interaksi farmakodinamik Interaksi farmakodinamik
Ca channel inhibitor (verapamil, diltiazem) Potensiasi bradikardi, miodepresi dan hipotensi Hindari kombinasi ini
Amiodaron Dapat menginduksi cardiac arrest Kombinasi harus dengan pengawasan
Glikosida digitalis Potensiasi bradikardi Observasi respon pasien
Fenitoin Adisi efek depresan jantung Fenitoin diberikan iv dengan pengawasan
Kuinidin Adisi efek depresan jantung Observasi respon pasien
Antidepresan trisiklik Menghambat efek inotropik negatif dan kronotropik dari ß-bloker Observasi respon pasien
84
Klonidin Hipertensi pada penghentian klonidin Monitor respon hipertensi, hentikan ß-bloker sebelum klonidin
Levodopa Antagonis efek hipotensi levodopa dan inotropik positif Monitor perubahan respon
Metildopa Hipertensi Monitor terhadap hipertensi
Fenilpropanolamin Hipertensi Monitor terhadap hipertensi
Indometasin Penghambtan respon antihipertensi Observasi respon pasien
Fenotiazin Efek hipotensi aditif Monitor perubahan respon, terutama pada fenotiazin dosis tinggi
Antidiabet oral Peningkatan hipogliemi, hipertensi Monitor perubahan respon diabetik
85
Penghambat reseptor adrenergik a (alfa bloker)
  • Hanya a1-bloker yang berguna untuk terapi
    hipertensi.
  • Contoh prazosin, terazosin, doksazosin,
    bunazosin
  • a1-bloker bekerja menghambat reseptor a1 di
    pembuluh darah terhadap efek vasokonstriksi NE
    dan E ? terjadi dilatasi arteriol dan vena.

86
Penghambat reseptor adrenergik a (alfa-bloker)
  • Golongan obat ini efektif menurunkan tekanan
    darah secara akut tapi efeknya didapat dari
    peningaktan cardiac output sehingga banyak efek
    sampingnya. Obat-obat alfa-bloker yang selektif
    adalah prazosin, terazosin, dan doxazosin (yang
    efeknya paling panjang) adalah kelompok
    antihipertensi yang juga mempunyai efek
    menurunkan kolesterol LDL (low density
    lipoprotein) dan meningkatkan kadar HDL.

87
Penghambat reseptor adrenergik a (alfa-bloker)
  • Golongan obat ini efektif menurunkan tekanan
    darah secara akut tapi efeknya didapat dari
    peningaktan cardiac output sehingga banyak efek
    sampingnya. Obat-obat alfa-bloker yang selektif
    adalah prazosin, terazosin, dan doxazosin (yang
    efeknya paling panjang) adalah kelompok
    antihipertensi yang juga mempunyai efek
    menurunkan kolesterol LDL (low density
    lipoprotein) dan meningkatkan kadar HDL.

88
Interaksi alfa-bloker
  • Doxazosin tidak menunjukkan interaksi pada
    pemakaian bersama dengan obat-obat lain seperti
    AINS (asetaminofen, aspirin, ibuprofen,
    indometasin), antibiotik (eritromisin,
    trimetoprim-sulfametoksazol, amoksisilin),
    antihistamin (klorfeniramin), kortikosteroid obat
    kardiovaskular (atenolol, HCT, propanolol), obat
    saluran cerna (antasid), obat hipoglikemik dan
    endokrin, sedativ dan trankuiliser (diazepam).
  • Kombinasi dengan antihipertensi lain (ß-bloker,
    pemblok kanal Ca, diuretik, penghambat ACE) dapat
    menyebabkan efek adisi penurunan tekanan darah.
    Efek hipotensif prazosin meningkat bila digunakan
    bersama alkohol atau antipsikotik.

89
VASODILATOR
  • Penghambat kanal kalsium
  • Penghambat kanal Ca sudah digunakan secara luas
    untuk terapi hipertensi, angina, aritmia dan
    gangguan jantung lain. Penghambat kanal Ca
    digolongkan menjadi 2 yaitu dihidropiridin
    (israpidin, felodipin, nifedipin, dll) dan
    verapamil dan diltiazem.

90
Interaksi obat
  • Dihidropiridin
  • Penginduksi sitokrom P450 3A antikonvulsan
    (fenitoin, fenobarbital, karbamazepin) ?
    meningkatkan metabolisme lintas pertama dan
    menurunkan bioavailabilitas dihidropiridin.
    Sebaliknya ketokonazol, eritromisin,
    klaritromisin, simetidin menghambat enzim
    sitokrom ini ? meningkatkan bioavailabilitas
    dihidropiridin.

91
Verapamil
  • Penghambat atau penginduksi sitokrom P450 3A
    meningkatkan atau menurunkan bioavailabilitas
    verapamil. Sebaliknya verapamil juga dapat
    menghambat enzim ini, sehingga pemakaian bersama
    dengan obat-obat lain yang dimetabolisme oleh
    sitokrom ini memerlukan monitoring khusus. Contoh
    obat yang berinteraksi dengan verapamil adalah
    siklosporin, dioxin, digitoxin, kuinidin,
    terfenadin dan sebagain besar dihidropiridin.
  • Verapamil juga dapat menggeser digitalis dari
    ikatan dengan protein sehingga meningkatkan kadar
    digitalis bebas dan dapat terjadi toksisitas.

92
Penghambat ACE (ACE inhibitor)
  • Penghambat ACE mengambat secara spesifik enzim
    konversi yang memutuskan ikatan peptidildipeptida
    pada angiotensin I sehingga tidak terbentuk
    angiotensin II. Karena angiotensin II tidak
    terbentuk sedangkan angiotensin I tidak aktif
    maka terjadi kelumpuhan/kegagalan sistem
    renin-angiotensin sehingga hilanglah efek endogen
    dari angiotensin II yaitu vasokonstriksi dan
    stimulan sintesis aldosteron. Contoh obat-obat
    penghambat ACE adalah kaptopril, enalapril,
    lisinopril, dll.

93
Interaksi
  • Antasid menurunkan absorpsi saluran cerna
    kaptopril jika digunakan bersama.
  • Penghambat ACE meningkatkan aktivitas antidiaber
    oral termasuk golongan gliburid dan biguanid,
    sehingga bisa terjadi hipoglikemia
  • Kaptopril dapat meningkatkan efek obat-obat
    antihipertensi dan diuretik bila diberikan
    bersama, dimana peningkatan efek ini dapat
    dihambat oleh indometasin dan AINS lain.

94
Interaksi
  • Kadar serum digoxin meningkat 15-30 pada pasien
    gagal jantung yang menerima kaptopril dan digoxin
    bersama-sama. Tetapi hiperkalemia yang diinduksi
    kaptopril dapat menghentikan peningkatan kadar
    digoxin sehingga secara klinis pemakaian bersama
    kedua obat ini tidak menunjukkan efek samping
    berarti.
  • Probenesid menurunkan klirens renal kaptopril
    menyebabkan kadar serum yang lebih tinggi,
    sehingga bisa terjadi hipotensi.
  • Kaptopril menurunkan ekskresi renal litium
    menyebabkan toksisitas litium.

95
Antagonis reseptor AT1
  • Antagonis reseptor AT1 adalah pemblok katan
    angiotensin II dengan reseptor tipe a (AT1).
    Blokade reseptor ini menurunkan tekanan darah dan
    kadar plasma aldosteron. Contoh golongan ini
    adalah losartan, valsartan, irbesartan,
    candesartan, dll.

96
Interaksi
  • Losartan adalah suatu prodrug yang menjadi bentuk
    aktif setelah dimetabolisme di hati oleh isoenzim
    sitokrom P450 C9 dan 3A. Obat-obat yang
    menghambat enzim sitokrom P450 C9 (fluvastatin,
    fluvoxamin, metronidazol, ritonavir) dan sitokrom
    P450 3A dapat menghambat konversi losartan
    menjadi bentuk aktifnya sehingga mengurangi
    efektivitasnya.
  • Irbesartan dimetabolisme di hati oleh sitokrom
    P450 C9. Obat-obat yang menginduksi enzim ini
    akan meningkatkan metabolisme dan menurunkan
    efektivitas irbesartan.
  • Valsartan dan eprosartan tidak membutuhkan
    aktivasi dan tidak dimetabolisme secara
    signifikan sehingga resiko interaksi obat kecil.

97
DIGITALIS
  • Mekanisme kerja
  • Sifat farmakodinamik utama inotropik positif,
    yaitu meningkatkan kontraksi miokardium.
  • Pada penderita yang mengalami gangguan fungsi
    sistolik, efek ini akan menyebabkan peningkatan
    curah jantung sehingga tekanan darah vena
    berkurang, ukuran jantung mengecil, dan refleks
    takikardi yang merupakan kompensasi jantung
    diperlambat.
  • Efek inotropik positif digitalis didasarkan atas
    2 mekanisme, yaitu a. penghambatan enzim
    NaKadenosin trifosfatase (NaK-ATPase) yang
    terikat di membran sel miokard dan berperan dalam
    mekanisme pompa Na, dan
  • b. peningkatan arus masuk lambat (slow inward
    current) Ca ke intrasel pada potensial aksi.

98
Interaksi farmakokinetik
  • kolestiramin, kolestipol, kaolin-pektin
    menurunkan absorpsi digoksin. Pisahkan pemakaian.
  • Metoklopramid mengurangi absorpsi tablet digoksin
  • Amiodaron mengurangi klirens digoksin dan dapat
    menyebabkan efek aditif terhadap denyut jantung.
    Sebaiknya dosis digoksin dikurangi 50 bila
    diberikan bersama amiodaron
  • Siklosporin meningkatkan kadar plasma digoksin,
    disebabkan oleh pengurangan klirens renal.
  • Eritromisin, klaritromisin dan tetrasiklin dapat
    meningkatkan kadar plasma digoksin.

99
Interaksi farmakokinetik
  • Indometasin meningkatkan kadar plasma dan
    toksisitas digoksin.
  • Itrakonazol meningkatkan kadar plasma digoksin.
  • Neomisin menurunkan absorpsi digoksin
  • Propafenon meningkatkan kadar plasma digoksin.
  • Propiltiourasil meningkatkan kadar plasma
    digoksin dengan cara mengurangi homon tiroid
  • Kuinidin (perhatikan juga hidroksiklorokuin dan
    kuinin) meningkatkan kadar plasma digoksin,
    karena menggeser digitalis dari ikatannya di
    jaringan.

100
Interaksi farmakokinetik
  • Rifampisin dan senyawa-senyawa antkonvulsan
    (fenitoin, fenobarbital, karbamazepin) mengurangi
    absorpsi digoksin.
  • Spironolakton dapat meningkatkan kadar plasma
    digoksin (dengan menurunkan klirens), tapi dapat
    juga menurunkan efek inotropik digoksin. Perlu
    dilakukan monitor ketat pada kombinasi kedua obat
    ini.
  • Sulfasalazin menurunkan absorpsi digoksin
  • Obat-obat penginduksi enzim metabolisme hati
    (fenlbutazon, fenobarbital, fenitoin, rifamoisin,
    dll) mempercepat metabolisme digitoksin.

101
Interaksi farmakodinamik
  • Amilorid mengurangi respon inotropik digoksin
  • Senyawa beta bloker (mis. Propanolol) memberikan
    efek aditid pada denyut jantung
  • Suksinilkolin meningkatkan resiko aritmia
  • Verapamil dan diltiazem meningkatkan kadar serum
    digoksin
  • Obat-obat yang menyebabkan hipokalemia (diuretik
    loop dan tiazid, amfoterisin B) dapat
    mempotensiasi toksisitas digoksin.

102
Diuretik
  • Diuretik bekerja dengan mengurangi reabsorpsi
    NaCl di tempat-tempat yang berbeda di nefron,
    sehingga meningkatkan ekskresi natrium, klorida
    dan air. Diuretik dikelompokkan menjadi 3
    golongan berdasarkan tempat kerjanya

103
Diuretik
  • Diuretik tiazida
  • Diuretik kuat
  • Diuretik hemat kalium

104
Diuretik tiazida
  • Tempat kerja utama di hulu tubuli distal.
  • Mekanisme kerjanya penghambatan reabsorpsi
    NaCl.
  • Contoh hidroklorotiazida, bendroflumetiazid,
    klortalidon, indapamid.

105
INTERAKSI TIAZID
  • HCT memberikan efek aditif bila diberikan bersama
    obat antihipertensi atau diuretik lain, sehingga
    perlu penyesuaian dosis.
  • HCT menginduksi gangguan elektrolit (hipokalemia,
    hipomagnesia, hiperkalsemia), dimana pada pasien
    yang diterapi digoksin dapat menyebabkan terjadi
    toksisitas digoksin (aritmia fatal).
  • HCT bila diberikan bersama senyawa lain penyebab
    hipokalemia dapat memperparah kondisi hipokalemia.

106
Interaksi Tiazida
  • Diuretik tiazida menurunkan klirens litium
    sehingga dapat meningkatkan kadar plasmanya.
  • HCT menurunkan efek hipoglikemik obat antidiabet
    oral.
  • HCT menurunkan klirens amantadin sehingga
    meningkatkan kadar plasma dan resiko
    toksisitasnya.

107
Interaksi Tiazida
  • AINS menurunkan aktivitas diuretik dan
    antihipertensi melalui penghambatan biosintesis
    prostaglandin renal.
  • Kolestiramin dan kolestipol dapat berikatan
    dengan obat-obat yang bersifat asam termasuk
    diuretik tiazid di saluran cerna sehingga
    menurunkan absorpsi diuretik tiazid.

108
Diuretik kuat
  • Tempat kerja utama loop of Henle
  • Mekanisme kerjanya melalui penghambatan
    terhadap transport elektrolit Na, K danCl.
  • Merupakan antihipertensi yang lebih efektif
    dibanding tiazid untuk hipertensi dengan gangguan
    fungsi ginjal atau gagal jantung.
  • Efek samping hampir sama dengan tiazid kecuali
    tidak menyebabkan hiperkalsemia.
  • Contoh furosemid

109
Interaksi
  • Interaksi dengan vasodilator terutama penghambat
    ACE (enalapril, kaptopril). Furosemid menurunkan
    volume darah sirkulasi, sehingga keseimbangan air
    dan elektroalit dalam darah harus distabilkan
    dulu sebelum ditambah vasodilator.
  • Bronkodilator teofilin dapat mencapai kadar yang
    tinggi dalam darah bila dikombinasi dengan
    furosemid sehingga dosis teofilin harus
    dikurangi.
  • Diuretik loop dapat menginduksi toksisitas
    jantung karena digitalis.

110
INTERAKSI
  • Furosemid dapat menggeser ikatan protein plasma
    warfarin dan klofibrat sehingga meningkatkan
    kadar plasma obat-obat ini.
  • Diuretik loop mengurangi klirens renal litium dan
    meningkatkan kadar plasma.
  • Diuretik loop meningkatkan toksisitas renal
    golongan sefalosporin
  • Furosemid meningkatkan toksisitas telinga dan
    jantung antibiotik aminoglikosida (amikasin,
    gentamisin, dsb),

111
Diuretik hemat kalium
  • Tempat kerja utama di hilir tubuli distal dan
    duktus koligentes daerah korteks
  • Mekanisme kerjanya penghambatan reabsorpsi Na
    dan sekresi K dengan jalan antagonisme kompetitif
    (spironolakton) atau secara langsung (triamteren
    dan amilorid).

112
Diuretik hemat kalium
  • Merupakan diuretik lemah? kombinasi dengan
    diuretik lain untuk mencegah atau mengurangi efek
    samping hipokalemia.
  • Menyebabkan hiperkalemia, terutama pada penderita
    dengan gangguan fungsi ginjal, atau bila
    dikombinasi dengan penghambat ACE, suplemen
    kalium atau AINS.

113
ANTIHEMOSTATIK
  • Antikoagulan
  • Heparin dan warfarin adalah antikoagulan standar
    yang banyak digunakan secara klinis. Warfarin
    adalah antagonis vitamin K yang bekerja melalui
    penghambatan faktor koagulasi II, VII, IX dan X.

114
Interaksi warfarin
  • Penurunan absorpsi
  • Kolestiramin dan kolestipol menurunkan absorpsi
    warfarin. Obat-obat ini juga meningkatkan
    eliminasi warfarin dengan mempengaruhi
    resirkulasi hepatik ? diperlukan peningkatan
    dosis warfarin sambil selalu memonitor waktu
    pembekuan. Setelah terapi resin (kolestipol atau
    kolestiramin) dihentikan, dosis warfarin harus
    diturunkan kembali.

115
Interaksi warfarin
  • Perubahan metabolisme
  • Warfarin dimetabolisme oleh sitokrom hati yang
    diinduksi oleh antikonvulsan (fenobarbital,
    fenitoin dan karbamazepin), rifampisin,
    glutetimid dan griseofulv8in. Pemakaian warfarin
    bersama obat-obat ini meningkatkan klirens
    warfarin sehingga dibutuhkan dosis yang lebih
    tinggi untuk mendapatkan efek farmakologis.

116
Interaksi warfarin
  • Efek terhadap ikatan albumin
  • Warfarin dalam sirkulasi terikat kuat pada
    albumin. Pemakaian warfarin bersama AINS yang
    juga terikat kuat albumin dapat mengakibatkan
    terjadinya pergeseran ikatan warfarin dari
    protein sehingga terjadi peningkatan kadar bentuk
    bebas warfarin yang aktif dengan demikian juga
    terjadi peningkatan resiko perdarahan.

117
Antiplatelet
  • Senyawa-senyawa antiplatelet bekerja dengan
    mempengaruhi fungsi platelet seperti agregasi,
    pelepasan isi granul dan vasokonstriksi yang
    diperantarai oleh platelet. Berdasarkan mekanisme
    kerja digolongkan

118
Kelas I
  • Aspirin dan senyawa sejenis (AINS dan
    sulfinpirazon) menghambat secara ireversibel
    siklooksigenase, enzim yang berperan dalam
    sintesis prostaglandin dan tromboksan dari asam
    arakidonat.
  • Keterangan dan interaksi tentang obat ini dibahas
    dalam bagian AINS.

119
Kelas II
  • Dipiridamol menghambar pemutusan AMP siklik
    (cAMP) yang dimediasi fosfodiesterase, sehingga
    mencegah aktivasi platelet melalui berbagai
    mekanisme.

120
Kelas II
  • Interaksi obat
  • Dipiridamol meningkatkan kadar plasma dan efek
    kardiovaskular dari adenosi, sehingga dibutuhkan
    penyesuaian dosis adenosin.
  • Dipiridamol dapat meningkatkan efek hipotensif
    obat-obat yang menurunkan tekanan darah.

121
Kelas III
  • Ticlopidon dan clopidogrel menunjukkan aktivitas
    antiplatelet dengan menghambat ikatan terhadap
    ADP.

122
Kelas III
  • Interaksi obat (Ticlopidin)
  • Antasida pemakaian ticlopidon setelah antasid
    menurunkan kadar plasma ticlopidin hingga 18.
  • Simetidin pemakaian karonik simetidin
    menurunkan klirens ticlopidin hingga 50.
  • Digoksin Pemakaian bersama ticlopidin dan
    digoxin menurunkan sedikit penurunan (15) kadar
    plasma digoksin, tapi tidak sampai menunjukkan
    perubahan efek digoksin yang bermakna.
  • Teofilin ticlopidin meningkatkan waktu paro
    eliminasi dari teofilin.

123
ANTILIPID/HIPOLIPIDEMIK
  • Hipolipidemik adalah obat yang digunakan untuk
    menurunkan kadar lipid plasma.
  • Lipid plasma yang utama yaitu kolesterol,
    trigliserida, fosfolipid dan asam bebas tidak
    larut dalam cairan plasma.
  • Agar lipid plasma dapat diangkut dalam sirkulasi,
    maka susunan molekul lipid tersebut perlu
    dimodifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang
    bersifat larut dalam air.

124
Obat-obat yang dapat menurunkan kadar lipoprotein
plasma
  • Asam fibrat (ex. Klofibrat, gemfibrozil)
  • Resin (kolestiramin , kolestipol)
  • Penghambat HMGCoA Reduktase
  • (mevastatin, pravastatin, levastatin dan
    simvastatin)

125
Klofibrat
  • Klofibrat menurunkan kadar VLDL, selain itu kadar
    kolesterol dan LDL juga turun. Mekanisme kerjanya
    dengan meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase
    sehingga katabolisme lipoprotein
    kaya-trigliserida seperti VLDL dan LDL meningkat.
  • Klofibrat diabsorpsi melalui usus secara lengkap.
    Ekskresi melalui urin sebagai glukuronid.

126
Klofibrat
  • Interaksi obat
  • Pemberian klofibrat bersama kolestiramin sedikit
    menunda tercapainya kadar puncak plasma.
  • Klofibrat menggeser antikoagulan oral dari
    ikatannya dengan albumin dan memperkuat efek
    obat-obat ini.

127
Gemfibrozil
  • Gemfibrozil sangat efektif menurunkan trigliserid
    plasma, sehingga produksi VLDL dalam hati
    menurun. Gemfibrozil meningkatkan aktivitas
    lipoprotein lipase sehingga klirens partikel kaya
    trigliserid meningkat. Kadar kolesterol HDL juga
    dapat meningkat pada pemberian obat ini.

128
Gemfibrozil
  • Interaksi
  • Seperti klofibrat, gemfibrozil juga meningkatkan
    efek antikoagulan warfarin.
  • Kombinasi dengan resin menembah efek obat.
  • Pemberian bersama penghambat HMG CoA reduktase
    juga meningkatkan efek obat.

129
Resin
  • Contoh obat-obat golongan ini adalah kolestiramin
    dan kolestipol.
  • Keduanya menurunkan kadar kolesterol plasma
    dengan cara mengikat asam empedu dalam saluran
    cerna, mengganggu sirkulasi enterohepatik
    sehingga ekskresi steroid yang bersifat asam
    dalam tinja meningkat.
  • Penurunan asam empedu oleh pemberian resin ini
    menyebabkan meningkatnya produksi asam empedu
    yang berasal dari kolesterol.

130
Resin
  • Interaksi
  • Kolestiramin dan kolestipol mengganggu absorpsi
    vitamin A, D dan K karena gangguan absorpsi
    lemak.
  • Obat ini mengganggu absorpsi klorotiazid,
    tiroksin, digitalis, besi, fenilbutason dan
    warfarin, sehingga obat-obat ini harus diberikan
    1 jam sebelum atau 4 jam sesudah kolestiramin.

131
Penghambat HMGCoA Reduktase
  • Golongan obat ini bersifat kompetitor kuat
    terhadap HMG CoA-reduktase (hidroksi metil
    glutamil koenzim-A reduktase), suatu enzim yang
    mengontrol biosintesis kolesterol.
  • Obat-obat ini efektif menurunkan kadar LDL
    kolesterol plasma.

132
Penghambat HMGCoA Reduktase
  • Penghambat HMG CoA-reduktase bekerja dengan
    menghambat sintesis kolesterol di hati sehingga
    menurunkan kadar LDL plasma.
  • Obat yang penting adalah mevastatin, pravastatin,
    levastatin dan simvastatin.

133
Interaksi
  • Derivat asam fibrat dan asam nikotinat.
  • Kombinasi pravastatin dan gemfibrozil tidak
    dianjurkan karena terjadi penurunan ekskresi urin
    dan ikatan protein pravastatin.
  • Antikoagulan
  • Tidak ada efek klinis yang signifikan bila
    dipakai bersama antikoagulan, tapi perlu monitor
    perdarahan dan naiknya waktu pembekuan darah bila
    dilakukan peningkatan dosis pravastatin.

134
Interaksi
  • Digoxin
  • Pemakaian bersama digoxin dan atorvastatin
    meningkatkan kadar tunak plasma digoxin hingga
    20.
  • Antasid
  • Pemakaian suspensi antasid berisi Al dan Mg
    menurunkan kadar plasma atorvastatin hingga 35
  • Simetidin
  • Atorvastatin simetidin menurunkan efektivitas
    penurunan trigliserida hingga 26-34
  • Eritromisin
  • Atorvastatin eritromisin (suatu inhibitor
    sitokrom) meningkatkan kadar plasma atorvastatin
    hingga 40
Write a Comment
User Comments (0)
About PowerShow.com